Kesaksian Pilu Tahanan Palestina saat Dibebaskan Israel

Mohammad Salhab Tamimi mencium ibundanya, Fatima. Foto: AL JAZEERA/MOSAB SHAWER

Ikhbar.com: Ketegangan antara Hamas dengan Israel di jalur Gaza, Palestina sempat mengendur dalam beberapa waktu terakhir. Hal itu terjadi karena kesepakatan antar kedua belah pihak untuk melakukan gencatan senjata sementara.

Gencatan senjata yang diiringi dengan pertukaran sandera itu berlangsung sejak 24 November 2023. Meski beberapa kali diperpanjang, namun kesepakatan tersebut berakhir hari ini Jumat, 1 Desember 2023.

Sejumlah sandera Palestina yang berhasil dipulangkan pun menceritakan apa yang dialaminya selama di penjara Israel. Salah satunya pemuda bernama Mohammad Salhab Tamimi.

Remaja berusia 18 tahun asal Tepi Barat itu sebelumnya ditahan selama kurang lebih 8 bulan. Ia termasuk tahanan gelombang keempat yang dibebaskan Israel.

Tamimi menceritakan bagaimana proses pembebasannya dari penjara Israel. Ia mengatakan bahwa pada Senin, 27 November pukul 7 pagi, seorang penjaga di Penjara Rimon memintanya bersiap untuk dipindahkan ke Penjara Ofer.

Tamimi mengaku saat itu ia diperintahkan untuk segera menanggalkan pakaian sepenuhnya. Ia hanya diperbolehkan mengenakan pakaian penjara berwarna abu-abu dan secepatnya untuk mengumpulkan barang miliknya.

“Saya memasukkan pakaian ke dalam salah satu amplop plastik dan berjalan ke pintu sel. Saat itu mereka memborgol tangan saya dan memaksa kepala saya menunduk sehingga saya melihat ke tanah,” ujar Tamimi dikutip dari Al Jazeera pada Jumat, 1 Desember 2023.

Saat proses itulah, Tamimi mengaku kakinya sempat ditendang cukup keras oleh sipir penjara.

“Petugas kemudian menendang saya dengan keras. Sepatu botnya terbuat dari baja, jadi rasanya seperti dia meremukkan kakiku, sungguh sakit,” katanya.

Penderitaan Tamimi belum berakhir, ia kemudian diseret dan sipir penjara membuang barang-barangnya ke tempat sampah.

“Dia menyeret saya ke halaman penjara. Saat dia menyeret saya keluar dari penjara, dia berhenti untuk mengambil pakaian saya dan membuangnya ke tempat sampah. Lalu sambil memaki saya dengan bahasa cabul, dia menyeret saya keluar,” ucap Tamimi.

Tamimi kemudian dimasukkan ke dalam kendaraan khusus pemindah tahanan bernama bosta dengan rantai yang memborgolnya. Mobil van itu mempunyai jendela yang gelap dan sel ketat dengan kursi logam.

Saat proses pemindahan, Tamimi menyebut setidaknya memakan waktu 12 jam. Ia tidak diperbolehkan istirahat, makan, atau ke toilet.

“Saya ditahan di sel kendaraan tanpa makan atau minum apapun sampai lewat tengah malam,” paparnya.

Tamimi juga berkesempatan menceritakan pengalaman pahitnya saat di penjara Israel. Ia mengatakan bahwa satu kamar yang berkapasitas 6 orang dipaksa diisi dengan 10 tahanan.

“Ada 10 tahanan yang dimasukkan ke dalam sel yang hanya memiliki enam tempat tidur. Dulu kami harus membentangkan selimut atau sesuatu di lantai untuk tidur,” katanya.

Jumlah makanan yang diberikan kepada mereka tidak mencukupi. Sebab penjaga tetap menghitung jatah makan sesuai jumlah tempat tidur.

“Teman satu sel saya harus menjatah makanan yang mereka dapatkan agar semuanya kebagian,” tandasnya.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.