Ikhbar.com: Pemimpin Redaksi Ikhbar.com, Ustaz Sofhal Adnan menegaskan bahwa jurnalistik memiliki hubungan erat dengan tradisi keilmuan Islam.
Hal itu ia sampaikan dalam Workshop Melek Menulis yang digelar Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Ma’had Aly Kebon Jambu Babakan Ciwaringin, Cirebon pada Selasa, 18 November 2025.
Sejatinya, ujar Ustaz Sofhal, cara kerja jurnalistik ini mirip dengan para sahabat yang meriwayatkan hadis Nabi Muhammad Saw.
Baca: Pemred Ikhbar.com: AI bukan Ancaman, Tapi Mitra Cerdas Jurnalis
“Dulu para sahabat membutuhkan verifikasi saat menerima informasi atau mencari hadis. Ini sama dengan kerja jurnalistik yang turun ke lapangan lalu memastikan kebenaran kepada narasumber,” ujarnya.
Setelah itu, lanjut Ustaz Sofhal, para sahabat menyebarkan hadis Nabi yang didapatkan. Penerapan ini nyaris mirip dengan jurnalistik yang mempublikasikan karyanya ke berbagai media.
Menurutnya, santri, terutama mahasantri Ma’had Aly Kebon Jambu, memiliki fondasi kuat untuk menguasai jurnalistik. Sebab mereka telah terbiasa dengan kegiatan mencatat dan menulis setiap hari. Kebiasaan itu dianggap selaras dengan ritme kerja seorang jurnalis.
Dalam kesempatan itu, ia menekankan bahwa penguasaan jurnalistik membuka peluang santri untuk menyebarkan kebaikan lebih luas.
“Dengan modal ilmu jurnalistik, para santri bisa mengabarkan kebaikan seputar dunia pesantren ke banyak orang,” katanya.
Ustaz Sofhal menilai, kemampuan menulis berita juga dapat mengangkat nama almamater di dunia internet.
“Misal, para mahasantri ini membuat berita tentang kegiatan kampus. Maka kemungkinan besar orang di luar sana bisa mengetahui. Inilah yang menjadikan ilmu jurnalistik sebagai ladang syiar,” ujarnya.
Melalui publikasi yang konsisten, kata dia, pesantren dapat dikenal lebih luas sekaligus menghadirkan ruang informasi yang bermanfaat bagi masyarakat.
Selain aspek syiar, Ustaz Sofhal juga menyinggung manfaat praktis jurnalistik terhadap kemampuan akademik. Menurutnya, santri yang terbiasa menulis berita akan lebih mudah menyusun karya ilmiah karena sudah terlatih merangkai kalimat dengan ringkas, jelas, dan mudah dicerna.
Ia menegaskan, budaya menulis yang kuat merupakan modal penting bagi mahasantri untuk memasuki dunia akademik dan profesional.