‘Al-Harakat wal Harakat’, Cara BEM Pesantren Yogyakarta Ciptakan Keadilan Sosial

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Pesantren Seluruh Indonesia Wilayah D.I. Yogyakarta menggelar aksi Selawat Al-Harakat wal Harakat sebagai wujud memperjuangkan keadilan sosial. Foto: Dok. BEM Pesantren DIY

Ikhbar.com: Gerakan selawat bertajuk “Al-Harakat wal Harakat” menjadi simbol baru bagi para santri di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam memperjuangkan keadilan sosial.

Diinisiasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Pesantren Seluruh Indonesia Wilayah D.I. Yogyakarta pada Selasa, 7 Oktober 2025, aksi ini menggambarkan semangat spiritual sekaligus sosial yang menegaskan peran santri sebagai agen perubahan di tengah masyarakat.

Koordinator Wilayah BEM Pesantren D.I. Yogyakarta, Muhammad Dhiyauddin, menjelaskan bahwa kegiatan ini diinisiasi secara kolaboratif bersama masyarakat Yogyakarta untuk menumbuhkan rasa persaudaraan dan menjaga keharmonisan kota pelajar tersebut.

“Kegiatan ini kita laksanakan dengan suka cita bersama masyarakat, mulai dari eks Parkiran Abu Bakar Ali menuju Titik Nol. Kita semua kompak mengenakan busana khas santri, yakni sarung, baju putih, dan kopiah hitam,” ujar Dhiya.

Berbeda dari aksi-aksi konvensional yang sering diwarnai teriakan dan spanduk, “Al-Harakat wal Harakat” menghadirkan suasana damai. Lantunan selawat menggema bersama iringan rebana dan takbir, menciptakan harmoni antara spiritualitas dan perjuangan sosial. Santri menegaskan bahwa perlawanan terhadap ketidakadilan dapat dilakukan dengan kedamaian, keikhlasan, dan keberkahan.

Baca: Ustaz Syakir Daulay: Selawat Nabi Adalah Amalan Termudah hingga Akhir Zaman

Sementara itu, Koordinator Kajian dan Isu, Ayub Abdullah, menegaskan bahwa tema “Al-Harakat wal Harakat” memiliki makna mendalam.

“Al-Harakat wal Harakat bukan hanya slogan, tetapi falsafah hidup santri: gerak yang menggerakkan, perubahan yang membawa kebaikan. Ini pesan agar setiap langkah santri menjadi inspirasi dalam menegakkan nilai keadilan dan kemanusiaan,” tuturnya.

Aksi ini sekaligus menunjukkan bahwa santri tidak hanya hadir di lingkungan pesantren, tetapi juga berbaur di ruang sosial masyarakat. Santri adalah bagian dari rakyat yang memahami penderitaan dan turut memperjuangkan kesejahteraan bangsa. Melalui lantunan selawat, mereka menyerukan perlawanan damai terhadap segala bentuk penindasan dan ketimpangan sosial.

Di tengah derasnya arus globalisasi yang kerap mengikis nilai moral, kegiatan sholawat ini menjadi pengingat bahwa agama bukan sekadar ritual, melainkan kekuatan moral yang mampu menuntun manusia menuju kebenaran. Gerak santri adalah gerak spiritual yang membumi, yaitu membawa kesejukan di tengah panasnya dinamika sosial dan politik bangsa.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua pelaksana kegiatan, Reinaldi Dwi, menyampaikan bahwa semangat santri sudah tertanam sejak masa perjuangan kemerdekaan.

“Santri sejak dulu dikenal sebagai garda moral bangsa. Dari masa perjuangan hingga kini, santri selalu hadir membawa semangat kejujuran, kesederhanaan, dan keberanian,” ujarnya.

Melalui “Al-Harakat wal Harakat”, BEM Pesantren Wilayah D.I. Yogyakarta menegaskan kembali eksistensi santri sebagai kekuatan moral bangsa. Mereka bukan hanya penuntut ilmu agama, tetapi juga intelektual yang berpihak pada kemaslahatan umat.

Lebih dari sekadar ritual keagamaan, aksi ini menjadi bentuk perlawanan damai terhadap keserakahan dan ketidakadilan. Di bawah irama rebana dan lantunan pujian kepada Rasulullah Saw, para santri meneguhkan tekad untuk terus berjuang di jalan ilmu, moral, dan kemanusiaan.

“Santri tidak lahir dari ruang kosong. Ia tumbuh dari sejarah panjang bangsa ini, membawa misi luhur untuk menjaga keutuhan negeri dan memperjuangkan keadilan dengan cara yang beradab,” pungkas Dhiya.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.