Terungkap! Buzer Israel Dibayar Rp116 Juta per Postingan TikTok dan Instagram

Ilustrasi. UNSPLASH/ROBIN WORRALL

 

Ikhbar.com: Skandal besar tersingkap di balik gencarnya propaganda Israel di dunia maya. Dokumen resmi mengungkap bahwa para buzzer dan influencer yang mempromosikan narasi pro-Israel di media sosial ternyata mendapat bayaran fantastis, hingga USD7.000 atau setara Rp116,2 juta untuk setiap unggahan.

Dikutip dari Middle East Monitor, pada Jumat, 3 Oktober 2025, praktik itu dilakukan saat opini publik global semakin keras menentang agresi Israel di Jalur Gaza, di tengah tuduhan genosida yang kian meluas terhadap Tel Aviv.

Israel disebut tidak hanya mengandalkan kekuatan militer di medan perang, tapi juga agresif mendominasi ruang digital. Strateginya melibatkan influencer berbayar, manipulasi algoritma, framing konten dengan bantuan kecerdasan buatan (AI), hingga kerja sama tersembunyi dengan sejumlah media.

Baca: Trump Campur Tangan Bentuk Pemerintahan di Gaza

Bukti keberadaan operasi itu terungkap dari dokumen yang diajukan berdasarkan Undang-Undang Pendaftaran Agen Asing (FARA) di Amerika Serikat (AS). Dari situ terlihat bagaimana kampanye digital Israel dirancang sistematis untuk mendistorsi wacana publik, terutama di kalangan generasi muda, sekaligus meredam narasi genosida yang terus berkembang.

Menurut laporan Responsible Statecraft, Kementerian Luar Negeri Israel menunjuk kontraktor Bridges Partners untuk membayar para influencer hingga USD7.000 per postingan di TikTok dan Instagram.

Operasi yang disebut sebagai “Kampanye Influencer” ini memiliki anggaran sekitar USD900.000 (Rp14,9 miliar) untuk 75–90 postingan selama Juni–September 2024. Seluruh konten itu diproduksi di bawah inisiatif bernama “Proyek Esther”.

Nama ini kebetulan mirip dengan inisiatif terpisah milik think-tank sayap kanan AS, Heritage Foundation, yang juga meluncurkan “Proyek Esther” pada Oktober 2024. Meski tidak terkait secara resmi, keduanya punya benang merah, yakni mendiskreditkan solidaritas Palestina dan menganggap kritik terhadap Israel sebagai bentuk ekstremisme atau antisemitisme.

Baca: 3 Negara Sekutu AS Umumkan Pengakuan untuk Palestina

Kampanye pro-Israel tidak berhenti pada influencer. Israel juga menggandeng perusahaan Clock Tower X LLC melalui kontrak bernilai USD6 juta. Tugasnya adalah menyebarkan pesan pro-Israel di kalangan Gen Z dan bahkan memengaruhi cara kerja perangkat AI seperti ChatGPT.

Dengan strategi ini, respons AI tentang konflik Israel–Palestina diarahkan agar selaras dengan sudut pandang Israel. Bukan karena fakta di lapangan mendukungnya, melainkan karena internet telah “disemai” dengan perspektif pro-Israel secara sistematis.

Dalam pertemuan dengan influencer Israel pekan lalu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terang-terangan mengakui bahwa ruang digital kini menjadi front paling krusial dalam upaya membenarkan perang.

“Anda tidak bisa berperang hari ini dengan pedang, itu tidak efektif. Senjata yang paling penting adalah media sosial,” ungkap Netanyahu.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.