Tokoh Perdamaian Jepang Ungkap Keajaiban Gus Dur dalam Dialog Antaragama

Wakil Presiden Soka Gakkai, Hirotsugu Terasaki saat memberikan sambutan dalam acara pameran bersama Yayasan Bani Abdurrahman Wahid dan Soka Gakkai Indonesia di Masjid Istiqlal, Jakarta pada Rabu, 1 Oktober 2025. Foto: Dok. Yayasan Bani Abdurrahman Wahid.

Ikhbar.com: Wakil Presiden Soka Gakkai, Hirotsugu Terasaki menilai bahwa KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur sebagai sosok penting dalam menghidupkan dialog antaragama di dunia.

Pernyataan tersebut ia uangkapkan dalam pameran bersama Yayasan Bani Abdurrahman Wahid dan Soka Gakkai Indonesia di Masjid Istiqlal, Jakarta pada Rabu, 1 Oktober 2025.

Menurut Terasaki, Gus Dur dan pemikir perdamaian Jepang, Daisaku Ikeda, memiliki kesamaan visi, yakni menentang peperangan dan menanamkan nilai-nilai toleransi demi terwujudnya perdamaian global.

“Presiden ke-4 KH Abdurrahman Wahid dan guru kami, Ikeda Sensei, mendedikasikan hidup mereka dengan berkeliling dunia, berdialog dengan pemeluk berbagai agama, termasuk Kristen dan Yahudi. Mereka adalah teladan nyata dialog antaragama,” ujar Terasaki.

Baca: Pesan Gus Dur dan Tokoh Perdamaian Jepang Dipamerkan

Ia menegaskan, dialog antaragama berperan besar sebagai jembatan yang mampu menghapus kesalahpahaman antarumat.

Terasaki mencontohkan pengalaman Jepang pada pertengahan 1990-an ketika pemahaman tentang Islam masih sangat minim.

“Namun, Ikeda Sensei justru memilih untuk datang langsung ke berbagai negara, berdialog tatap muka, dan memperdalam pemahaman tentang dunia Islam,” tambahnya.

Sementara iru, Ketua pelaksana pameran sekaligus putri Gus Dur, Inayah Wulandari Wahid, menjelaskan kegiatan ini digelar untuk mengenang 15 tahun pertemuan Gus Dur dan Daisaku Ikeda yang terdokumentasi dalam buku Dialog Peradaban.

“Kenapa penting diperingati? Karena buku ini merupakan wasiat Gus Dur dan Ikeda agar tersebar luas. Isinya membicarakan kondisi dunia yang sangat relevan hingga hari ini,” kata Inayah di Jakarta.

Ia menambahkan, pameran tak hanya berlangsung di Istiqlal, tetapi juga di Makara Art Centre Universitas Indonesia dan Pusat Kebudayaan Soka Gakkai Indonesia. Setiap lokasi dipilih sesuai makna, misalnya Masjid Istiqlal melambangkan semangat interfaith dan dialog lintas agama yang dulu dijalani Gus Dur dan Ikeda.

Menurut Inayah, banyak isu sosial keagamaan masa kini sejatinya telah dibahas dalam buku itu. “Persoalan rumah ibadah yang sulit didirikan, bahkan pengusiran tempat ibadah, merupakan masalah yang saling berkelindan. Buku ini mengangkat isu-isu tersebut,” jelasnya.

Pameran Gus Dur dan Daisaku Ikeda menampilkan tiga poin utama, yakni menghidupkan isi buku Dialog Peradaban, menghadirkan sosok Gus Dur dan Ikeda dalam keseharian, serta menyuarakan pesan perdamaian lewat karya seni.

Agenda kegiatan terdiri dari:

  • Pameran Visual: menampilkan cuplikan kehidupan dan kutipan pemikiran Gus Dur serta Ikeda.
  • Talkshow dan Bedah Buku: mengupas nilai dialog, toleransi, dan perdamaian berdasarkan Dialog Peradaban, dengan menghadirkan tokoh lintas agama serta aktivis perdamaian.
  • Art Performance: ruang pertukaran budaya Jepang dan Indonesia, khususnya untuk generasi muda.

Kegiatan ini dihadiri publik, tokoh agama, akademisi, pelajar, hingga organisasi yang bergerak di bidang toleransi, HAM, dan perdamaian.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.