6 Jenis Perselingkuhan di Era Digital, Mana yang Paling Berbahaya?

Ilustrasi perselingkuhan di era digital. PEXELS/Alexander Sinn

Ikhbar.com: Perselingkuhan bukan lagi sekadar skandal rumah tangga yang tersembunyi. Di era digital, bentuknya kian beragam dan semakin sulit dideteksi. Bahkan pasangan yang tampak harmonis pun bisa terjerumus dalam relasi terlarang yang berawal dari komunikasi biasa.

Penulis sekaligus praktisi fikih perempuan, Nyai Uswatun Hasanah Syauqi, mengungkapkan bahwa ada enam jenis perselingkuhan yang umum terjadi saat ini. Ia menyebut fenomena ini tak lepas dari kemajuan teknologi dan perubahan pola relasi antarindividu.

“Perselingkuhan hari ini tidak lagi berlangsung diam-diam. Banyaknya aplikasi percakapan dan media sosial turut memicunya,” ujar Ning Uswah, sapaan akrabnya, dalam Webinar Sesi III Bedah Buku “Jodoh di Tangan Tuhan, Selebihnya Hasil Lobian (2025),” dikutip Rabu, 30 Juli 2025.

Buku “Jodoh di Tangan Tuhan, Selebihnya Hasil Lobian (2025)” karya Ning Uswah. Dok GRAMEDIA

Baca: Suami Selingkuh, Bertahan atau Gugat Cerai?

Jenis pertama adalah Accidental Affair, perselingkuhan yang terjadi tanpa direncanakan. Biasanya bermula dari komunikasi intens di tempat kerja atau komunitas, yang secara perlahan menumbuhkan rasa suka tanpa disadari.

Kedua, Cry for Help Affair, muncul ketika salah satu pasangan menghadapi persoalan berat dan merasa tidak divalidasi oleh pasangannya. Curhat dengan orang lain menjadi pintu masuk yang kemudian berkembang menjadi hubungan emosional.

Ketiga, Retaliatory Affair, atau perselingkuhan yang dilandasi motif balas dendam. Misalnya, pasangan yang merasa diabaikan lalu mencari perhatian dari orang lain.

Keempat, Self-Medication Affair, yakni bentuk pelarian akibat konflik berkepanjangan dan suasana rumah tangga yang dingin. Dalam situasi ini, pasangan cenderung saling diam dan kehilangan kehangatan satu sama lain.

Kelima, Tripod Affair, terjadi saat seseorang masih mencintai pasangannya, namun juga jatuh cinta pada orang lain. Jika dilakukan oleh laki-laki, permintaan poligami kerap dijadikan alasan pembenaran.

Terakhir, Exploratory Affair, yaitu perselingkuhan yang dilakukan semata-mata untuk mencari kesenangan tanpa komitmen emosional.

“Seperti cinta satu malam. Bukan karena bosan atau ada kekurangan pada pasangan, tapi murni karena eksplorasi,” jelas Ning Uswah.

Baca: ‘Jodoh di Tangan Tuhan, Selebihnya Hasil Lobian,’ Karya Penting Ning Uswah yang Lahir dari Debar Tanya Jawab Ikhbar

Menurutnya, semua jenis perselingkuhan ini berdampak serius secara sosial, moral, dan spiritual. Hubungan bisa hancur, reputasi tercoreng, dan kepercayaan hilang.

“Berpikirlah jutaan kali sebelum memutuskan untuk berselingkuh,” tegasnya.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Azhar Mojokerto, Jawa Timur, itu menekankan bahwa tidak ada pasangan yang benar-benar kebal dari godaan.

“Pasangan yang sudah spek bidadari—shalihah, cantik—tetap saja bisa diselingkuhi,” ujarnya.

Baca: Cerai bukan Kiamat, Ini Cara Berdamai dengan Perpisahan

Sekretaris Majelis Masyayikh Sekretariat Nasional (Seknas) Jaringan Pondok Pesantren Ramah Anak (JPPRA) tersebut juga mengingatkan bahwa komunikasi dan kejujuran harus tetap menjadi fondasi utama dalam menjaga keutuhan rumah tangga di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.