Ikhbar.com: Sebuah lembaga riset yang berafiliasi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), United Nations University Center for Policy Research (UNU-CPR), mengembangkan dua avatar berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan kesadaran publik mengenai isu pengungsi.
Avatar tersebut adalah Amina, sosok perempuan fiktif yang melarikan diri dari Sudan dan kini tinggal di kamp pengungsi di Chad, serta Abdalla, tentara imajiner dari Rapid Support Forces (Pasukan Dukungan Cepat), kelompok paramiliter Sudan.
Baca: Survei: Negara Berbahasa Inggris Paling Resah Hadapi AI
Proyek ini dikembangkan sebagai bagian dari eksperimen kelas yang dipimpin oleh Eduardo Albrecht, profesor dari Columbia University sekaligus peneliti senior di UNU-CPR.
“Kami hanya bereksperimen dengan konsep ini,” kata Albrecht, dikutip dari Tech Crunch, pada Senin, 14 Juli 2025.
Ia juga menegaskan bahwa proyek ini bukan solusi resmi dari PBB.
Meski proyek ini diklaim dapat menjadi sarana pendekatan cepat ke para donor, tanggapan dari peserta lokakarya menunjukkan keberatan. Banyak yang menyatakan bahwa para pengungsi “sangat mampu berbicara sendiri di dunia nyata.”
Baca: Maju Kena Mundur Kena, Uni Eropa Pusing Dampak Lingkungan Industri AI
Saat dicoba, situs tempat pengguna dapat berinteraksi dengan avatar tersebut sempat mengalami gangguan pendaftaran.
Proyek ini memicu perdebatan soal representasi, etika AI, dan hak bicara kelompok terdampak, sekaligus menggambarkan eksperimen teknologi yang masih jauh dari penerimaan publik secara luas.