Mendikdasmen Sebut Generasi Stroberi Sangat Lemah Mental, Siapa Mereka?

Ilustrasi generasi stroberi. Foto: Freepik

Ikhbar.com: Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Prof. Dr. KH Abdul Mu’ti menyoroti fenomena “generasi stroberi” yang dinilai memiliki daya tahan mental yang lemah.

Pernyataan itu disampaikan Kiai Mu’ti saat menjadi pembicara di Denpasar Education Festival yang berlangsung di Dharma Negara Alaya, Denpasar pada Kamis, 8 Mei 2025.

Kiai Mu’ti menjelaskan, istilah generasi stroberi merujuk pada kelompok muda yang tampak menarik dari luar, namun rentan dan mudah rapuh ketika menghadapi tekanan hidup.

“Kita sedang menyaksikan munculnya generasi yang secara mental tidak cukup kuat, mereka mudah terpengaruh dan tidak tahan terhadap tantangan,” ujarnya.

Baca: Survei Ungkap Gen Z Indonesia Paling Sering ‘Ngecek’ HP, Sehari Bisa 82 Kali

Tak hanya itu, ia juga menyebut adanya fenomena lain, yakni generasi barcode. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan anak muda di kota-kota besar yang sangat sensitif terhadap tekanan.

Bahkan, kata Kiai Mu’ti, tidak sedikit di antara mereka yang menunjukkan respons emosional ekstrem hingga menyakiti diri sendiri ketika menghadapi masalah pribadi.

“Respons psikologis mereka sulit diprediksi. Dalam beberapa kasus, mereka memilih melukai diri karena tidak sanggup menghadapi tekanan,” tambahnya.

Kiai Mu’ti juga menyinggung soal jurang budaya antara orang tua dan anak. Ia menilai, banyak orang tua yang masih berpegang pada pola pikir lama, sementara anak-anak mereka hidup dalam realitas yang jauh berbeda. Hal ini menimbulkan ketegangan antargenerasi yang bisa menghambat komunikasi dan pendidikan karakter.

“Sering kali orang tua tak memahami perubahan zaman, sedangkan anak-anak enggan mengikuti cara lama. Ini jadi tantangan tersendiri dalam pendidikan,” jelas Sekjen PP Muhammadiyah itu.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Kiai Mu’ti menegaskan pentingnya pendidikan yang tak hanya fokus pada aspek akademik, tetapi juga memperkuat dimensi mental, spiritual, dan moral. Anak-anak, menurutnya, harus dibekali kemampuan untuk bertahan dan beradaptasi dalam situasi sulit.

“Anak-anak perlu memiliki titik kekuatan dalam diri mereka, baik secara jasmani, intelektual, spiritual, maupun moral. Ini tidak bisa dilakukan sendirian, perlu sinergi dari semua pihak,” pungkasnya.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.