Ikhbar.com: Asteroid 2024 YR4 yang berpotensi menghancurkan kota, kini diperkirakan memiliki peluang 3,1 persen untuk menabrak Bumi pada 22 Desember 2032.
Data terbaru dari NASA menyebutkan bahwa batuan luar angkasa ini menjadi salah satu objek paling mengancam yang pernah terdeteksi dalam sejarah pemantauan modern.
Meski probabilitas tabrakan meningkat, para ahli menegaskan bahwa situasi ini tidak perlu disikapi dengan kepanikan.
Baca: Asteroid Sebesar Patung Liberty bakal Tabrak Bumi, Ilmuwan: Jangan Panik!
“Saya tidak panik. Tentu saja ketika Anda melihat persentasenya naik, itu tidak membuat Anda merasa hangat, nyaman, dan baik,” kata kepala ilmuwan untuk Planetary Society nirlaba, Bruce Betts, dikutip dari Gulf News, pada Rabu, 19 Februari 2025.
Komunitas astronomi internasional terus memantau perkembangan asteroid ini secara ketat, dan Teleskop Luar Angkasa James Webb dijadwalkan untuk mengamati objek tersebut bulan depan guna memperoleh data yang lebih akurat.
Asteroid ini pertama kali terdeteksi pada 27 Desember 2024 oleh Observatorium El Sauce di Chili. Dengan ukuran yang diperkirakan antara 40 hingga 90 meter, komposisinya dianggap cukup khas dibandingkan asteroid lainnya.
Setelah probabilitas tabrakan melampaui satu persen, Jaringan Peringatan Asteroid Internasional (IAWN) segera mengeluarkan memo peringatan.
Jika memasuki atmosfer Bumi, asteroid ini dapat menyebabkan ledakan udara berkekuatan sekitar delapan megaton TNT, dengan lebih dari 500 kali kekuatan bom Hiroshima.
Baca: Ilmuwan: Asteroid Pemusnah Dinosaurus tak hanya Sekali Hantam Bumi
Skenario paling memungkinkan adalah ledakan di udara, tetapi jika ukuran asteroid mendekati batas atas perkiraan, dampak di permukaan yang menciptakan kawah besar tidak bisa dikesampingkan.
Namun, masih ada cukup waktu untuk merancang strategi mitigasi. Misi DART NASA pada 2022 telah membuktikan bahwa pesawat ruang angkasa mampu mengubah jalur asteroid.
Para ilmuwan juga mempertimbangkan berbagai metode lain, seperti penggunaan laser, tarikan gravitasi pesawat ruang angkasa, atau bahkan ledakan nuklir sebagai opsi terakhir untuk mencegah dampak bencana.
Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.