Skill vs Pengetahuan, Ini Bedanya menurut Penggagas Metode Aritmatika Stenomat

Penggagas metode aritmatika Stenomat, Ustaz Nanang Anwarudin, saat menjadi narasumber dalam Program Sinikhbar | Siniar Ikhbar bertajuk “Stenomat, Bikin Matematika kian Bersahabat” di Ikhbar TV. Dok IKHBAR

Ikhbar.com: Dalam dunia pembelajaran, orang kerap mencampuradukkan antara skill (keterampilan) dengan pengetahuan. Padahal, menurut Ustaz Nanang Anwarudin, penggagas Metode Aritmatika Stenomat, keduanya memiliki perbedaan mendasar.

Menurutnya, pengetahuan adalah informasi yang berguna, sementara skill harus dikuasai melalui latihan berulang.

“Kalau itu skill, dia tidak bisa sekadar tahu. Dia harus terbiasa, harus mahir,” ujarnya, dalam Program Sinikhbar | Siniar Ikhbar bertajuk “Stenomat, Bikin Matematika kian Bersahabat” di Ikhbar TV, dikutip pada Senin, 17 November 2025.

“Pengetahuan cukup dipahami sekali duduk, sedangkan keterampilan menuntut pengulangan,” sambungnya.

Penggagas metode aritmatika Stenomat, Ustaz Nanang Anwarudin (kanan), saat menjadi narasumber dalam Program Sinikhbar | Siniar Ikhbar bertajuk “Stenomat, Bikin Matematika kian Bersahabat” di Ikhbar TV. Dok IKHBAR

Baca: Numerasi sebagai Fardu Kifayah: Ikhtiar Stenomat Bangun Masyarakat Melek Matematika

Ia mencontohkannya lewat dunia olahraga. “Berlatih timnas itu tetap latihan passing. Ya gitu-gitu saja, karena itu skill,” katanya.

“Setinggi apa pun level permainannya, seorang atlet sepak bola wajib mengulang teknik dasar agar tetap terjaga,” lanjutnya.

Konsep serupa ia terapkan dalam penyusunan metode aritmatika Stenomat. Baginya, perkalian bukan informasi yang cukup diketahui, tetapi kemampuan yang harus dikuasai. Bila anak gagal memahami perkalian sejak SD, ia akan membawa beban itu hingga jenjang berikutnya.

“Anak kalau tidak bisa perkalian, itu jadi beban berkelanjutan,” tegas alumnus Pondok Pesantren Kebon Jambu, Babakan-Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat tersebut.

Perbedaan antara keterampilan dan pengetahuan juga menjelaskan sikapnya yang tidak sepakat dengan kebiasaan sebagian guru memberi soal sulit sebelum konsepnya dijelaskan. Bagi anak dengan kemampuan rendah, soal semacam itu bukan tantangan, melainkan hambatan mental.

Baca: 3 Cara Sulap Matematika Jadi Menyenangkan

“Itu membuat dia merasa downgrade, merasa bodoh,” ujarnya.

Dengan memberikan soal yang sudah dipelajari dan menuntun siswa secara bertahap, anak-anak dapat mengasah keterampilan tanpa kehilangan kepercayaan diri.

“Atas dasar itu pula Stenomat dibangun melalui langkah-langkah sederhana berbasis pola, bukan hafalan rumus,” pungkasnya.

Obrolan selengkapnya bisa disimak di:

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.