Ikhbar.com: Penceramah populer, Habib Husein bin Ja’far Alhadar mengungkapkan bahwa dirinya lebih senang untuk berdakwah dengan memberikan solusi ketimbang hanya menghukumi setiap problematika yang hadir di tengah masyarakat.
“Ini juga yang menjadi latar belakang saya untuk berdakwah justru melalui sebuah platform game online yang begitu digandrungi anak-anak muda, Free Fire, sejak tiga tahun lalu,” kata Habib Ja’far, sapaan akrabnya, saat menyampaikan tausiah di malam puncak Peringatan Haul KH Salwa Yasin, KH Asror Hasan, dan KH Adnan Amin Asror, serta Haflah Imtihan Ke-45 di Pondok Pesantren Ketitang, Desa Japurabakti, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon pada Sabtu, 29 Juni 2024.
Baca: Nikah Muda menurut Zaskia Adya Mecca dan Habib Ja’far
Kontroversial
Habib Ja’far menceritakan, padahal kala itu, sebagian besar ulama di Indonesia justru mengharamkan sarana hiburan tersebut. Game online dianggap akan berdampak buruk bagi mental generasi mendatang.
“Tapi, saya justru memaknai tantangan tersebut sebagai peluang dakwah. Justru dengan keterlibatan di dalamnya, saya bisa dengan leluasa mengajak para pengguna untuk menggunakan waktu dengan bijak dan tetap mengutamakan ibadah dalam keseharian mereka,” katanya.
Bahkan, lanjut Habib Ja’far, piranti permainan buatan Tiongkok itu kini menjadi satu-satunya gim yang memfasilitasi para penggunanya yang keumuman anak-anak dengan fitur untuk menyetor hafalan Al-Qur’an.
“Dan kalau dia setor hafalan, dia dapat semacam voucher. Bahkan melalui event tersebut, para pengguna bisa berpeluang memberangkatkan umrah orang tua mereka,” katanya.
Teranyar, Free Fire melakukan kampanye bertajuk Booyah Berqurban. Permainan battle royal yang dikembangkan Garena tersebut menggandeng Habib Ja’far untuk mengajak para pemain memanfaatkan event sedekah hewan kurban selama momentum Iduladha.
Baca: Habib Ja’far: Jangan Fanatik terhadap Guru, tetapi pada Ilmu
Layaknya Google Maps
Habib Ja’far menjelaskan, apa yang dilakukannya justru merupakan ikhtiar untuk membentengi generasi muda Indonesia. Gim, yang sebelumnya bisa jadi bermuatan negatif, sejatinya bisa diupayakan untuk memberikan manfaat dan kebaikan bagi para penggunanya.
Habib Ja’far juga yakin bahwa apa yang ditempuhnya sejalan dengan metode para ulama terahulu dalam menyebarkan agama Islam. Menurutnya, berkat pengetahuan yang luas dan kecakapan ilmu keagamaan yang mendalam, maka para ulama terdahulu, termasuk kiai-kiai di pesantren lazim dikenal sebagai sosok-sosok bijak yang mampu menghadirkan solusi untuk setiap persoalan yang muncul di tengah masyarakat.
“Para masyayikh yang kita hauli hari ini pun telah berhasil menorehkan perubahan di tengah masyarakat, tanpa menjelekkan tradisi sebelumnya. Itulah mazhab dakwah yang dianut para pendahulu. Cara kerjanya seperti aplikasi Google Maps yang ketika seseorang salah belok, fitur itu tidak akan mencaci si pengguna, tetapi menunjukkan alternatif dan solusi,” katanya.