Assalamualaikum. Wr. Wb
Ning Uswah dan Ikhbar.com, saya Ni’matul Maula dari Bukittinggi, Sumatra Barat.
Saya ingin bertanya, apakah Islam membolehkan seorang perempuan menjadi penyembelih hewan kurban? Adakah perbedaan syarat antara laki-laki dan perempuan saat menunaikan ibadah kurban? Terima kasih.
Wassalamualaikum. Wr. Wb
Jawaban:
Waalaikumsalam. Wr. Wb.
Kak Ni’matul Maula di Bukittinggi, terima kasih atas pertanyaannya.
Iduladha merupakan momen ibadah penyembelihan hewan kurban yang dilaksanakan setelah salat Iduladha pada setiap 10 Zulhijah serta tiga hari mulai 11 hingga 13 Zulhijah yang disebut dengan hari tasyrik (hari yang diharamkan untuk berpuasa). Sedangkan waktu paling afdal ialah dilaksanakan pada waktu awal duha. Kurban dianjurkan dilaksanakan sebelum matahari terbenam.
Apabila yang berkurban adalah seorang laki-laki, maka disunahkan untuk menyembelih sendiri sebagaimana yang telah dilaksanakan oleh Rasulullah Muhammad Saw. Namun, jika yang berkurban adalah perempuan, maka sunah untuk diwakilkan sembari menyaksikan proses penyembelihan hewan kurban tersebut.
Penyembelihan hewan kurban bisa dikatakan sah apabila memenuhi tiga syarat, yakni Muslim, balig/tamyiz, dan mampu untuk menyembelih.
Mampu dalam hal ini adalah memiliki pengetahuan tentang penyembelihan hewan, seperti ketentuan, adab, termasuk kesunahan ketika menyembelih, seperti menggunakan pisau yang tajam, membaca basmalah, membaca selawat, memotong area al-hulqum (otot jalur keluar masuknya napas), memotong al-mari’ (otot jalur makanan dan minuman dari leher hingga lambung), memotong al-wadajain (dua otot yang berada di lipatan leher yang meliputi hulqum).
Baca: Urutan Doa dan Bacaan saat Menyembelih Hewan Kurban
Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam bertugas sebagai penyembelih hewan kurban asalkan memiliki ketiga syarat di atas. Diperbolehkan juga menyembelih hewan kurban bagi perempuan meskipun dalam keadaan haid atau nifas. Wallahu a’lam bi al-shawab.
Referensi:
و يسن أن يذبح الأضحية رجل بنفسه أحسن الذبح و أن يشهدها ممن وكّل به لانه صلى الله عليه وسلم ضحّى بنفسه رواه الشيخان و قال لفاطمة قومي إلى اضحيتك فاشهدلها فإنه بأول قطرة من دمها يغفر لك ما سلف من ذنوبك رواه الحاكم وصحح اسناده و خرج بزيادتي رجل الأنثى و الحنثى فالافضل لهما التوكيل
فتح الوهّاب ص. ١٨٨
ثم ذكر المصنّفُ من تصحّ منه التّذكيّة بقوله وتحلّ ذكّاة كلّ مسلم بالغ أو مميّز يطيق الذّبح و ذكاة كلّ كتابيّ يهوديّ أو نصرانيّ و يحلّ ذبح مجنون وسكران في الأظهر، و بكره ذكّاة الأعمى ولا تحلّ ذبيحة مجوسيّ ولا وثتيّ ونحوهما ممن لا كتاب له
فتح القريب المجيب ص. ٦٢
(و كمال الذّكّاة) وفي بعض نسخ ويستحب في الذّكّاة أربعة أشياء أحدها قطع الحلقوم والثاني قطع المرئ والثالث والرابع قطع الودجين
فتح القريب المجيب ص. ٦٢
و كذا تحل ذكاة الاعمى و المراة و ان كانت حائضا و احتج لحل ذبحها بما رواه البخارى ان جارية لال كعب كانت ترعى غنما لهم فمرضت شاة منها فكسرت مروة و ذبحتها فسأل مولاها رسول الله صلى الله عليه و سلم فأجاز لهم اكلها، و المروة الحجر الابيض و فيه دلالة على جواز الذبح والله اعلم
كفاية الاخيار ص. ٢٢٨
Penjawab: Nyai Uswatun Hasanah Syauqi, Praktisi Fikih Nisa, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Azhar Mojokerto, Jawa Timur.