Ikhbar.com: Banyak warga Gaza, Palestina memilih untuk memberikan nama bagi anak-anak mereka yang baru lahir dengan panggilan yang memuat makna harapan dan optimisme. Mereka berharap, kelahiran buah hati yang dicintainya menjadi penanda usainya segala penderitaan akibat perang yang seolah tak pernah berkesudahan.
Keluarga-keluarga di Jalur Gaza yang terkepung terus berusaha sekuat tenaga untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka, dari hari ke hari. Sesuatu yang dianggap paling penting adalah mendapatkan makanan yang cukup, serta kondisi yang aman bagi keluarga mereka. Terlebih, bagi bayi-bayi yang baru lahir, para perempuan hamil, juga ibu menyusui.
Berupaya memenuhi kebutuhan bayi di tengah pengeboman yang dilakukan Israel tanpa henti tentu menjadi tantangan yang sangat besar. Namun, warga Gaza rupanya dengan tegas menolak putus asa dan terus melanjutkan hidup meskipun penderitaan yang tak terbayangkan kemungkinan bisa mereka terima kapan saja, termasuk kematian.
“Kelahiran seorang anak melambangkan secercah harapan dan semangat untuk melanjutkan perjuangan,” kata seorang ibu di Gaza, Manal Diab (29), sebagaimana dikutip dari Al-Araby Al-Jadeed, Ahad, 19 Mei 2024.
Baca: Dokter Yordania: Perempuan Gaza Melahirkan tanpa Obat Bius
Lahir di tengah perang
Diab baru saja melahirkan bayi perempuan yang lucu beberapa bulan lalu. Dengan begitu mantap, ia menamainya dengan Sama, bermakna langit.
Bayi Sama lahir pada Senin malam, 15 Januari 2024, di sebuah tenda dekat perbatasan Mesir. Diab mengaku, melahirkan Sama bukan perkara gampang. Persalinannya dilalui dengan amat sulit karena kian langkanya obat dan fasilitas melahirkan, termasuk rumah sakit.
“Jeritan pertama Sama menyatu dengan suara bom Israel yang menargetkan Kota Rafah, kala itu,” ujar sang ibu.
Lantaran kondisi yang terus memburuk, kurangnya ketersediaan makanan, dan tinggal berbulan-bulan di tenda pengungsian, Sama pun beberapa kali mengalami gangguan kesehatan.
“Untungnya, kini Sama telah sembuh. Saya dan suami sebenarnya telah mencatat banyak pilihan nama sebelum dia lahir. Akan tetapi, nama Sama muncul secara kebetulan ketika ayahnya melihat ke arah langit sekitar dua minggu sebelum dia lahir. Lalu kami memutuskan untuk memilih nama itu karena langit dan laut adalah dua hal yang memberikan harapan bagi rakyat Gaza,” pungkas Diab.
Baca: Butuh Rp800 Triliun Lebih untuk Kembalikan Gaza ke Kondisi Semula
Dari Sama hingga Gaza
Samer, ayah Sama menceritakan, sebelumnya ia telah menyiapkan banyak pilihan nama untuk buah hatinya itu.
“Saya juga berencana menamainya Aisha, yang bermakna ‘kehidupan,’ juga Aya (keajaiban),” katanya.
Tidak hanya dia dan istrinya, Samer mengaku menemukan banyak calon ayah di Gaza yang memberikan nama-nama bayi mereka dengan semangat serupa.
“Ada seorang anak laki-laki di tenda sebelah bernama Halim (orang yang tekun), Ihsan (‘kebaikan’), bahkan ada pula yang menamai anak perempuannya dengan Gaza sebagai penghormatan terhadap Tanah Air kita rercinta,” ungkap Samer.
Ayah bayi bernama Gaza itu, Hisham Abu Rakaba (37), menceritakan bahwa putri keduanya tersebut lahir pada malam tahun baru 2024, di Kompleks Medis Nasser di Khan Younis.
Sebelum melahirkan, Rakaba dan istrinya sepakat akan menamai bayi baru mereka dengan Mariam, merujuk panggilan Perawan Suci Maria. Namun, ketika gadis itu lahir, Rakaba tiba-tiba terdorong untuk mengubah nama itu menjadi Gaza.
“Ketika mereka meletakkannya di pelukanku, aku menatapnya dan dia menangis. Lalu aku mengucapkan takbir di telinganya dan dia tertidur. Saat itu aku memutuskan bahwa namanya akan jadilah Gaza,” kata Rakaba.
Namun, ketika hendak mendaftarkan nama Gaza untuk putrinya, lanjut Rakaba, ternyata banyak orang tua lain yanf juga telah memilih nama yang sama untuk bayi mereka.
“Dan itu wajar. Karena kami merasakan bahwa seluruh dunia sedang menyaksikan Gaza melakukan perlawanan sendirian, melawan penjajah dengan salah satu tentara paling kuat di planet ini, yang menyerang kita dengan segala jenis senjata, termasuk senjata yang dilarang secara internasional,” katanya.
Ratusan nama baru
Sebuah sumber dari Kementerian Dalam Negeri Palestina menyebut, warga Gaza telah memberikan nama yang berbeda dari yang biasa sejak perang bergulir. Ada lebih dari 250 nama baru dari 20.000 bayi yang lahir selama masa pengepungan Israel.
Di sisi lain, hingga hari ini Kementerian Kesehatan di Gaza mencatat, ada sekitar 17.000 anak di Gaza yang mendadak berstatus menjadi yatim piatu sejak perang meletus pada Oktober 2023 lalu.
“Setiap satu dari enam anak di bawah usia dua tahun mengalami kekurangan gizi akut di wilayah utara,” kata mereka.