Ikhbar.com: Amerika Serikat (AS) mengaku sedang terjebak masalah besar dalam penanggulangan limbah vape alias rokok elektrik sekali pakai. Tren penjualan hingga mencapai 11,9 juta unit per bulan menghasilkan tumpukan sampah elektronik dan plastik dengan jumlah fantastis.
“Jika dibariskan, vape sekali pakai yang dijual setiap tahunnya itu bisa dibentangkan sepanjang 7.000 mil (11.265 km). Ini lebih dari dua kali lebar benua Amerika,” bunyi laporan yang dikeluarkan lembaga nirlaba perlindungan konsumen, kesehatan masyarakat, dan transportasi, US PIRG Education Fund, dikutip dari Time, Sabtu, 22 Juli 2023.
Baca: Mantra-mantra Mitigasi Bencana
Sementara itu, organisasi pendukung Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, CDC Foundation mengungkapkan, vape sekali pakai biasanya terbuat dari plastik yang dirancang untuk digunakan sampai kosong hingga kemudian dibuang. Hal itu, berbeda dengan perangkat yang dapat diisi ulang dengan e-liquid atau pod nikotin.
“Dampaknya, limbah yang dihasilkan berupa plastik, sirkuit, baterai lithium-ion, dan limbah berbahaya lainnya,” ungkap mereka.
Selain menghasilkan banyak sampah plastik, bekas rokok elektrik sekali pakai bisa dikategorikan limbah elektronik yang bersifat amat berbahaya. Rokok eleketronik juga sulit didaur ulang dan banyak orang bahkan tidak mencobanya.
“Penelitian garbologi telah menemukan bukti banyak sampah vape. Sebuah survei pada 2022 menemukan bahwa hanya 8 persen remaja atau dewasa muda yang mengirim perangkat sekali pakai bekas itu ke fasilitas daur ulang,” katanya.
Sebelumnya, American Journal of Public Health pun sudah memasukkan rokok elektrik sekali pakai ke dalam kategori limbah yang berpotensi menimbulkan biaya lingkungan tertinggi. Sedangkan pada 2022 lalu, Lancet Respiratory Medicine telah menyerukan peraturan yang lebih ketat terhadap vape sekali pakai untuk menangkal ancaman bencana lingkungan.