Ikhbar.com: Kasus diskriminasi dan sentimen kebencian anti-Muslim dan anti-Palestina di Amerika Serikat (AS) meningkat sekitar 180% dalam tiga bulan terakhir, tepatnya setelah perang Israel-Hamas dimulai pada 7 Oktober 2023 lalu.
Peningkatan islamofobia itu bahkan menimbulkan ancaman dan kekhawatiran. Terparah, berupa aksi penikaman yang dilakukan pria Illinois terhadap ibu dan anak laki-lakinya yang berusia 6 tahun hingga tewas di Plainfield Township, pada 15 Oktober, serta aksi penembakan yang juga menewaskan tiga mahasiswa keturunan asal Palestina di Vermont, pada 25 November 2023.
Baca: ‘Merdekakan Palestina!’ Menggema di Ibu Kota Amerika
Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) mencatat ada sebanyak 3.578 pengaduan tentang diskriminasi dan sentimen anti-Islam selama tiga bulan terakhir tahun 2023. Angka tersebut meningkat sebesar 178% dari pengaduan dalam periode yang sama di tahun sebelumnya.
“Pengaduan berupa diskriminasi pekerjaan menempati urutan teratas, yakni sebanyak 662 kasus, kemudian kejahatan kebencian dan insiden kebencian (472), dan diskriminasi pendidikan (448),” kata mereka, sebagaimana dikutip dari Reuters, pada Senin, 29 Januari 2024.
Baca: PBB vs Amerika, Perang Angka Korban Gaza
Awal bulan ini, Liga Anti-Pencemaran Nama Baik menyatakan bahwa insiden antisemit di AS juga meningkat sebesar 360%. Baru-baru ini, pemerintah setempat juga mengeluarkan pedoman keamanan baru bagi komunitas berbasis agama di tengah meningkatnya antisemitisme dan islamofobia.
Selain itu, Departemen Kehakiman AS mengaku turut memantau tren peningkatan ancaman terhadap Yahudi dan Muslim seiring makin memanasnya konflik di Gaza. Presiden AS, Joe Biden juga mengaku telah mengutuk keras setiap bentuk tindakan diskriminasi baik berupa antisemitisme dan islamofobia.