Ikhbar.com: Presiden Aljazair, Abdelmadjid Tebboune berjanji akan membangun tiga rumah sakit di Gaza, Palestina. Hal itu akan segera direalisasikan jika perbatasan darat antara Mesir dan Gaza dibuka kembali.
“Jika perbatasan antara Mesir dan Gaza dibuka, kami akan membangun tiga rumah sakit dalam waktu 20 hari,” ujar Tebbaune dikutip dari Anadolu pada Selasa, 20 Agustus 2024.
Janji Tebboune tersebut disampaikan pada Ahad, 18 Agustus 2024 saat kampanye pemilihan presiden. Ia dikabarkan akan maju kembali sebagai kandidat calon presiden yang dijadwalkan berlangsung pada 7 September 2024 mendatang.
Diketahui, Tebboune akan menghadapi dua kandidat lainnya dalam kontestasi pemilihan presiden. Mereka adalah Abdelaali Hassani Cherif, pemimpin Gerakan untuk Masyarakat Damai (partai Islamis terbesar), dan Youcef Aouchiche, sekretaris pertama Front Pasukan Sosialis (partai kiri dan partai oposisi tertua).
Baca: Belum Setahun, Israel telah Membunuh 40 Ribu Lebih Warga Palestina di Gaza
Sebelumnya, Tebboune telah menanyakan kapasitas militer untuk membangun rumah sakit lapangan. Ia juga menanyakan kelayakan untuk mengirimkannya ke Gaza dalam kondisi yang sesuai selama pembukaan Pameran Internasional Aljazair pada bulan Juni.
Kepada para pendukungnya, Tebboune juga menyatakan kesiapannya untuk mengirimkan ratusan dokter ke Gaza dan membantu membangun kembali fasilitas yang telah hancur.
Ia menegaskan bahwa situasi di Gaza bukan sekadar perang, tetapi pembantaian yang dilakukan Zionis Israel.
“Penyelesaian masalah Palestina melalui pemusnahan warga Gaza tidak dapat diterima,” tegas dia.
Israel telah mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera. Mereka juga menghadapi kecaman internasional di tengah-tengah serangan brutalnya yang terus berlanjut di Gaza sejak serangan 7 Oktober 2023.
Berdasarkan data dadi Kementerian Kesehatan Gaza, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 40.000 orang serta 92.500 lainnya luka-luka. Para korban didominasi perempuan dan anak-anak.
Lebih dari 10 bulan setelah serangan penjajah Israel, sebagian besar wilayah Gaza menjadi reruntuhan. Pihak Israel juga memblokade masuknya stok makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Mahkamah Internasional telah memvonis bahwa Israel telah melakukan genosida di Gaza. Mereka memerintahkan untuk segera menghentikan operasi militernya di kota Rafah di bagian selatan, tempat lebih dari 1 juta orang Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum diserang pada tanggal 6 Mei yang lalu.