Ikhbar.com: Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir menegaskan bahwa penetapan 1 Ramadan 1445 H tidak ada maksud mendahului pihak siapapun. Ia meminta setiap pihak untuk tidak menjadikan hal itu sebagai polemik.
“Agar tidak lagi menjadi diskusi apalagi polemik, kok Muhammadiyah mendahului, karena tidak ada yang kami dahului dan sebaliknya juga tidak ada yang kami tinggalkan,” kata Haedar saat konferensi pers terkait “Maklumat Hasil Hisab Awal Ramadhan” di Kantor PP Muhammadiyah, Jalan Cik Ditiro, Kota Yogyakarta, Sabtu, 20 Januari 2023.
Berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, awal Ramadan 1445 H jatuh pada Senin, 11 Maret 2024, Idulfitri jatuh pada Rabu, 10 April 2024, dan Iduladha jatuh pada Senin, 17 Juni 2024.
Baca: Muhammadiyah Tetapkan Awal Ramadan 1445 H Jatuh pada 11 Maret 2024
Menurut Haedar, pengumuman atau maklumat yang dikeluarkan Muhammadiyah tersebut hal wajar sebagaimana organisasi Islam lain mengeluarkan kalender hijriah maupun masehi yang berisi tanggal, bulan, dengan beririsan dengan kegiatan ritual ibadah, serta kegiatan publik.
“Sama seperti negara juga yang mengeluarkan kalender hijriah atau Masehi selama setahun,” katanya.
Jadi, kata dia, maklumat atau pengumuman Muhammadiyah tersebut merupakan kebijakan yang normal terjadi. Pihaknya menegaskan bahwa metode yang dilakukan adalah hisab dengan metode khusus hisab hakiki wujudul hilal.
Haedar juga berpesan agar perbedaan maupun persamaan dalam penentuan awal Ramadan, Idulfitri, maupun Iduladha 1445 H tidak membuat umat IsIam saling menghujat dan menyalahkan.
“Baik kesamaan maupun perbedaan itu harus sudah menjadikan kaum Muslim untuk terbiasa toleran, tasamuh , bahkan tanawu. Tanawu itu perbedaan cara dalam hal menjalankan ibadah termasuk memulai bulan-bulan Ramadan, Syawal, dan Dzulhijah,” kata dia.
Ia berharap, persamaan dan perbedaan tersebut tidak sampai mengusik ibadah puasa Ramadan, Idulfitri maupun Iduladha sehingga melahirkan penghayatan dan pengamalan yang lebih baik.
“Jadi kalau berbeda ya tidak perlu ribut, termasuk di media sosial. Apalagi saling menghujat dan saling menyalahkan yang membuat malah nanti nilai ibadahnya jadi berkurang,” ujar dia.
Agar ada kesamaan, Haedar menuturkan Muhammadiyah selama ini secara terbuka, demokratis dan argumentatif telah memberikan solusi yakni disusunnya dan diterimanya Kalender Global Internasional atau Kalender Islam Unifikasi yang masih memerlukan proses.
“Sebenarnya ini telah dimulai waktu ada pertemuan antarorganisasi dan negara Islam di Turki tahun 2016. Tetapi untuk perwujudan satu kalender Islam global itu memerlukan waktu, sehingga kalau memiliki satu kalender global itu seperti juga kalender Miladiyah (Masehi) tidak lagi ada perbedaan-perbedaan dan tidak ada lagi ada kegiatan yang bersifat membuat kita menjadi berbeda di dalam penentuan,” ujar dia.