Ikhbar.com: Masjid Kariye yang terletak di Istambul, Turki kembali digunakan untuk salat pada Senin, 6 Mei 2024 setelah hampir 80 tahun dijadikan museum.
“Setelah 79 tahun, Masjid Kariye kembali diperbarui oleh Direktorat Jenderal Yayasan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Turki dan dibuka kembali untuk beribadah,” ujar Safi Arpagus, mufti Istanbul, pada upacara pembukaan dikutip dari Anadolu pada Selasa, 7 Mei 2024.
Ia mengatakan, masjid yang menjadi museum setelah Perang Dunia II itu direnovasi berkat dukungan dari berbagai yayasan setempat.
Baca: Akses Masuk Masjid Hagia Sophia Turki tak Gratis lagi
“Masjid Kariye, yang juga dikenal sebagai Chora dimiliki oleh Yayasan Direktorat Jenderal Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Turki. Tempat ibadah umat Muslim ini dikembalikan statusnya sebagai masjid melalui keputusan presiden tahun 2020,” jelas Arpagus.
Ia menjelaskan, masjid tersebut dibangun pada abad keempat di era Bizantium, dengan perubahan arsitektur selama berabad-abad, bangunan itu menjadi masjid pada abad ke-16, atau setelah penaklukan Utsmaniyah atas Istanbul.
Di bawah Republik Turki, pada 1948 tempat tersebut kemudian diubah menjadi museum di bawah Administrasi Museum pada tahun. Akan tetapi, di bawah keputusan presiden 2020, tempat ini dipulihkan kembali menjadi masjid.
Terkenal dengan mosaik dan lukisan dinding Bizantium Akhir, bangunan tersebut awalnya dibangun sebagai Gereja Chora pada abad ke-6. Kemudian diubah menjadi masjid atas perintah Sultan Utsmaniyyah Bayezid II pada tahun 1511 Masehi, hampir 50 tahun setelah penaklukan Istanbul.
Pengubahan dilakukan Atik Ali Pasha, salah satu wazir agung Bayezid. Kemudian, bangunan tersebut diberi nama Masjid Atik Ali Pasha atau Masjid Kariye.
Rencana untuk mengubah bekas gereja, yang telah berfungsi sebagai museum selama hampir 80 tahun itu telah disusun pada tahun 2020, menyusul kebijakan Erdogan yang mencakup keputusan kontroversial, yakni mengubah museum Hagia Sophia menjadi masjid.
Keputusan tersebut dilakukan setelah pengadilan tinggi memutuskan bahwa perubahan status situs tersebut oleh pendiri republik yang sekuler, Mustafa Kemal Ataturk, adalah ilegal.
Sementara bekas gereja Bizantium menjalani transformasi ini pada bulan Juli di tahun yang sama, konversi Gereja Chora ditunda untuk memfasilitasi restorasi.