Ikhbar.com: Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, dengan tegas menyatakan komitmen negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) terhadap kemerdekaan Palestina. Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam pidato utama yang disampaikan di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) OKI di Banjul, Gambia.
Dalam pidatonya, ia mengingatkan pada Inisiatif Perdamaian Arab dan kebijakan OKI yang menegaskan bahwa normalisasi hubungan dengan Israel hanya dapat terjadi jika Israel mengakhiri pendudukan atas Palestina.
QBaca: AS Gagalkan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB
“Keputusan tersebut memberikan pesan yang kuat kepada Israel bahwa tanpa kemerdekaan bagi Palestina, tidak akan ada hubungan diplomatik. Pesan dan keputusan itu harus dipertahankan,” kata Retno, dikutip dari ANTARA, pada Ahad, 5 Mei 2024.
Dalam menanggapi tindakan genosida yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza, yang telah menyebabkan lebih dari 34 ribu korban jiwa dalam tujuh bulan terakhir, Marsudi mendesak negara-negara anggota OKI untuk bersatu dalam memperjuangkan keadilan dan kemanusiaan.
Ia juga menekankan pentingnya terus mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, mengingat akses yang terus-menerus diblokir, dan mengaktifkan Jaring Pengaman Keuangan Islam yang telah disepakati.
“Kita harus mempertahankan bantuan kemanusiaan bagi masyarakat di Gaza dengan cara apa pun yang diperlukan untuk melanjutkan dukungan kita terhadap UNRWA. Oleh karena itu, Jaring Pengaman Keuangan Islam yang disepakati di OKI harus segera diaktifkan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Marsudi meminta OKI untuk mendukung gencatan senjata segera dan permanen di Gaza antara Israel dan Hamas sebagai langkah penting untuk menghentikan peningkatan korban jiwa dan mengurangi penderitaan.
“Gencatan senjata akan menjadi terobosan dalam menghentikan meningkatnya korban jiwa dan meringankan penderitaan kemanusiaan. Hal ini juga penting untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi negosiasi yang adil menuju solusi dua negara,” tutur dia.
Marsudi menambahkan bahwa OKI harus berusaha mencegah eskalasi konflik lebih lanjut dengan fokus pada penanganan bencana kemanusiaan dan menghindari terlibat dalam konflik terbuka, demi menjaga stabilitas regional dan global.
Baca: Puluhan Mahasiswa Amerika Pro-Palestina Ditangkap
“Kita harus menjamin stabilitas kawasan dan dunia. Persatuan OKI harus berkontribusi pada perdamaian, bukan memperburuk krisis,” kata Retno.
Kesatuan di dalam OKI semakin relevan di tengah normalisasi hubungan diplomatik antara beberapa negara OKI, termasuk Mesir, Yordania, Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan, dan Maroko, dengan Israel, yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar OKI.
Sementara itu, Arab Saudi memberikan sinyal dengan mengancam akan menghentikan upaya normalisasi jika Israel melancarkan serangan terhadap Rafah, tempat 1,2 juta warga Gaza mencari perlindungan dari konflik yang terjadi.