Ikhbar.com: Lebih dari 15.000 ilmuwan telah mengeluarkan peringatan keras mengenai semakin mendekatnya bencana “kiamat” perubahan iklim. Mereka mengingatkan bahwa kehidupan di Bumi berada dalam ancaman serius akibat fenomena ini.
Dalam sebuah makalah yang diterbitkan di jurnal BioScience, para ilmuwan menandatangani sebuah pernyataan yang menyebutkan bahwa dampak dari perubahan iklim dapat menyebabkan bencana global pada akhir abad ini.
Baca: Bumi mulai Mendidih
“Selama beberapa dekade, para ilmuwan secara konsisten memperingatkan masa depan yang ditandai dengan kondisi iklim ekstrem karena meningkatnya suhu global yang disebabkan oleh aktivitas manusia yang melepaskan gas rumah kaca berbahaya ke atmosfer,” demikian bunyi makalah tersebut yang dikutip dari Futurism, dikutip pada Kamis, 6 Juni 2024.
“Sayang, waktunya sudah habis,” tambah penelitian itu.
Salah satu penulis studi tersebut, Christopher Wolf, menyatakan bahwa makalah ini menawarkan strategi mitigasi besar-besaran atas masalah perubahan iklim.
“Kita sedang menuju potensi runtuhnya sistem alam dan sosial-ekonomi, serta dunia dengan panas yang tak tertahankan dan kekurangan sumber daya alam, makanan, dan air bersih,” kata Wolf, peneliti pascadoktoral di Oregon State University (OSU).
Studi ini juga menunjukkan bahwa banyak rekor iklim telah dipecahkan dengan margin besar selama tahun lalu, termasuk musim kebakaran hutan yang sangat aktif di Kanada. Kejadian ini menunjukkan titik kritis menuju rezim kebakaran baru.
Profesor kehutanan terkemuka di OSU, William Ripple, menambahkan bahwa tahun ini juga memperlihatkan pola yang mengkhawatirkan.
“Kami hanya menemukan sedikit kemajuan dalam upaya manusia memerangi perubahan iklim,” ujarnya.
Baca: Problem Perubahan Iklim menurut Al-Qur’an
Studi ini juga menyoroti bahwa subsidi bahan bakar fosil meningkat dua kali lipat, dari US$531 miliar menjadi lebih dari US$1 triliun hanya di Amerika Serikat saja selama periode 2021 dan 2022.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga memberikan peringatan khusus untuk wilayah Asia, termasuk Indonesia, terkait dampak pemanasan global dan perubahan iklim.
Laporan Badan Metereologi Dunia (WMO) berjudul ‘State of the Climate in Asia 2023′, menyoroti percepatan perubahan iklim utama seperti suhu permukaan, pencairan gletser, dan kenaikan permukaan air laut.
Asia menjadi kawasan yang paling banyak dilanda bencana alam akibat perubahan iklim, dengan pemanasan hampir dua kali lipat sejak periode 1961-1990.
Pada tahun 2023, total 79 bencana terkait bahaya hidrometeorologi dilaporkan di Asia, dengan lebih dari 2.000 korban jiwa dan sembilan juta orang terkena dampak langsung.
Laporan WMO juga mencatat kenaikan permukaan laut dari Januari 1993 hingga Mei 2023, dengan banyak area di Indonesia menunjukkan Global Mean Sea Level (GMSL) di atas rata-rata global.
Menurut kajian proyeksi USAID tahun 2016, kenaikan air laut diperkirakan akan menenggelamkan 2.000 pulau kecil pada tahun 2050, yang berarti 42 juta penduduk berisiko kehilangan tempat tinggalnya.
Laporan ini menggarisbawahi bahwa perubahan iklim dan pemanasan global memiliki dampak nyata bagi kehidupan manusia, sehingga diperlukan upaya kolektif untuk meredam laju perubahan iklim.