Ikhbar.com: Pengeluaran rutin masyarakat untuk barang yang seharusnya bebas biaya di negara-negara maju, seperti air kemasan, telah mengakibatkan beban berat bagi kelas menengah di Indonesia. Hal ini berujung pada penurunan daya beli dan penurunan status ekonomi.
Ekonom senior dan mantan Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro, mengungkapkan bahwa penurunan ekonomi kelas menengah di Indonesia tidak hanya disebabkan pandemi Covid-19 dan pemutusan hubungan kerja (PHK), tetapi juga oleh kebiasaan sehari-hari dalam mengonsumsi air galon.
“Selama ini secara tidak sadar itu sudah menggerus income kita secara lumayan dengan style kita yang mengandalkan semua kepada air galon, air botol dan segala macamnya,” ujar Bambang di kantor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Jakarta, dikutip pada Selasa, 3 Agustus 2024.
Bambang menekankan bahwa kebiasaan mengonsumsi air kemasan tidak umum di semua negara. Di negara maju, misalnya, warga kelas menengah biasanya mengandalkan air minum yang disediakan pemerintah di tempat umum, sehingga mereka tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli minuman.
“Daya beli kelas menengahnya aman karena untuk air pun mereka tidak perlu mengeluarkan uang terlalu banyak,” jelasnya.
Meskipun demikian, dia menekankan bahwa kebutuhan air minum hanyalah salah satu dari sekian banyak faktor yang menyebabkan penurunan kelas menengah. Menurut Bambang, faktor utama yang mempengaruhi adalah pandemi Covid-19.
“Penyebabnya itu variatif. Karena kan kita lihat datanya dari 2019 ke 2023. Jadi penyebab pertama adalah Covid,” ujarnya.
Selama masa pandemi, banyak individu dari kelas menengah kehilangan pekerjaan, sementara lainnya mengalami kebangkrutan bisnis.
Baca: Resesi Ekonomi Pertemukan Nabi dengan Khadijah
“Jangan lupa loh Covid itu terjadi 2 tahun, dan yang terjadi pada waktu itu ada kelas menengah yang kehilangan pekerjaan, dan kelas menengah yang bisnisnya berhenti atau bangkrut,” ungkapnya.
Setelah pandemi mereda, masyarakat dihadapkan pada tantangan baru, seperti tingginya suku bunga yang berpengaruh pada perekonomian.
“Jadi saya melihatnya kombinasi yang dimulai dari Covid, kemudian diperpanjang dengan tingkat bunga tinggi, nilai tukar melemah, apa-apa jadi mahal,” kata Bambang.
Selain itu, upaya kelas menengah untuk pulih juga terhalang kenaikan harga beras akibat efek El Nino. Meskipun inflasi secara umum stabil, lonjakan harga beras berkontribusi pada penurunan daya beli kelas menengah.
“Kombinasi itulah yang membuat sebagian kelas menengah itu turun ke aspiring middle class (kelompok menuju kelas menengah),” ujarnya.
Bambang juga mengingatkan bahwa fenomena judi online memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian individu karena sifatnya yang adiktif, yang dapat menguras keuangan masyarakat dengan cepat.
Baca: Astaghfirullah! 80 Ribu Anak Indonesia Usia di Bawah 10 Tahun Terjerat Judi Online
“Karena sifatnya adiktif, itu cepat sekali menghabiskan income (penghasilan) kita,” pungkasnya.