Ikhbar.com: Kementerian Agama (Kemenag) kembali mengirimkan 1.000 dai dan daiyah ke berbagai daerah. Misi yang dilakukan selama bulan Ramadan tersebut juga mencakup 3 T (terdepan, terluar, dan tertinggal), serta ke luar negeri.
Program ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman keislaman, menjaga harmoni sosial, dan menjangkau masyarakat yang minim akses dakwah. Dengan tantangan yang tidak ringan, para pendakwah diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata dalam membangun kesadaran beragama dan menyelesaikan persoalan sosial di lingkungan tugas mereka.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag, Abu Rokhmad mengapresiasi dedikasi para dai yang rela meninggalkan keluarga demi berdakwah selama Ramadan.
“Seribu dai ini akan berpisah sementara dengan keluarga mereka untuk mengabdi selama Ramadan. Ini bukan tugas yang mudah, tapi penuh dengan pahala dan keberkahan,” ujarnya dalam keterangan resmi Kemenag pada Kamis, 27 Februari 2025.
Baca: Awal Ramadan 2025 Berpotensi Berbeda
Dalam menjalankan tugasnya, para dai tidak hanya menyampaikan ajaran Islam, tetapi juga melakukan pendokumentasian dan evaluasi dakwah. Mereka diharapkan aktif melaporkan kegiatan, memanfaatkan media sosial sebagai sarana dakwah, serta menyusun laporan berbasis data untuk mengukur dampaknya terhadap masyarakat.
Abu Rokhmad menekankan pentingnya membangun kedekatan dengan komunitas yang mereka layani. Menurutnya, negara membutuhkan dai yang kreatif dan memiliki niat baik.
“Selain berdakwah, mereka harus bisa mengajak masyarakat untuk bekerja keras sesuai bidangnya serta membangun hubungan yang erat dengan lingkungan sekitar,” jelasnya.
Pelepasan 1.000 dai ini dilakukan pada Rabu, 26 Februari 2025, ditandai dengan penyerahan bendera Merah Putih oleh Abu Rokhmad kepada perwakilan dai sebagai simbol keberangkatan mereka ke daerah tugas masing-masing.
Sejak 2022, pengiriman dai ke wilayah 3T rutin dilakukan setiap Ramadan. Selain memperkuat pemahaman keagamaan dan harmoni sosial, program ini juga bertujuan membantu menyelesaikan berbagai persoalan sosial dan budaya di daerah perbatasan.
Tahun ini, Kemenag memperluas jangkauan dakwah dengan mengirim lima dai ke Australia, Jerman, dan Selandia Baru. Para dai ini merupakan pemenang Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat nasional yang dipercaya mampu membawa misi dakwah di komunitas diaspora Indonesia.
Sementara itu, Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag, Ahmad Zayadi, menyatakan bahwa meningkatnya permintaan layanan keagamaan dari warga Indonesia di luar negeri menunjukkan potensi besar bagi Indonesia sebagai pusat kajian dan praktik Islam.
“Banyak negara seperti Kuwait dan Uni Emirat Arab yang meminta imam serta khatib dari Indonesia. Ini menunjukkan bahwa keilmuan Islam di Indonesia semakin diakui,” katanya.
Indonesia sendiri telah membangun Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), yang saat ini memiliki 70% mahasiswa asing dan 30% mahasiswa lokal. Keberadaan institusi ini semakin memperkuat posisi Indonesia dalam dunia keislaman global.
Menteri Agama, Prof. KH Nasaruddin Umar turut memberikan pesan kepada 1.000 dai yang bertugas. Ia menekankan pentingnya tetap rendah hati dan tidak mudah terbuai akan pujian.
“Orang yang terlalu puas dengan pujian akan berhenti berkembang. Sebaliknya, mereka yang menerima kritik dengan lapang dada akan terus maju. Jangan takut dikritik, karena kritik bisa menjadi jalan untuk perbaikan,” tuturnya.
Menag juga mengingatkan para dai agar tidak menjadikan popularitas sebagai tujuan dalam berdakwah. “Jangan mencari ketenaran di tempat tugas. Fokuslah pada esensi dakwah dan manfaat yang bisa diberikan kepada masyarakat,” tambahnya.
Selain itu, ia memberikan tiga pesan utama: menjaga wudu, mendoakan orang tua, dan memperbanyak ibadah sunnah.
“Setiap tetes air wudhu yang mengalir membersihkan dosa-dosa masa lalu. Manfaatkan Ramadan sebagai momentum untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah,” pesannya.
Program pengiriman dai ini terselenggara atas kerja sama dengan berbagai lembaga, termasuk Badan Pengelola Keuangan Haji, Baznas, Dompet Dhuafa, Bank Syariah Indonesia, BSI Maslahat, Salam Setara, YBM PLN, LAZ As-Salam fil Alamin, Baitul Mal Wal Muamalat, serta sejumlah pondok pesantren dan lembaga zakat lainnya.
Dengan sinergi ini, Kemenag berharap program dakwah dapat memberikan dampak lebih luas, tidak hanya dalam aspek keagamaan, tetapi juga dalam meningkatkan kesejahteraan dan harmoni sosial di wilayah yang membutuhkan.