Ikhbar.com: Kalimat sopan seperti “tolong” dan “terima kasih” kepada ChatGPT mungkin terasa sepele bagi pengguna. Namun siapa sangka, kebiasaan itu bisa membebani biaya operasional hingga puluhan juta dolar.
CEO OpenAI, Sam Altman mengungkapkan hal tersebut dalam sebuah unggahan di platform X saat menjawab pertanyaan soal dampak penggunaan bahasa sopan terhadap kinerja dan biaya Artificial Intelligence (AI) alias kecerdasan buatan. Ia menyebut, ucapan-ucapan seperti “terima kasih” turut menyumbang lonjakan beban pemrosesan sistem.
“Puluhan juta dolar yang pantas dikeluarkan. Kamu tak pernah tahu,” ujar Altman sebagaimana dikutip dari akun X pribadinya pada Rabu, 23 April 2025.
Model bahasa besar atau arge Language Mode (LLM) seperti ChatGPT bekerja melalui ribuan GPU di pusat data berkapasitas tinggi. Setiap permintaan pengguna diproses dalam hitungan detik, tapi dengan konsumsi energi yang sangat besar.
Baca: Cara Pakai ChatGPT di WA tanpa Aplikasi
Dikurip dari New York Post, satu respons dari AI diperkirakan menyedot sekitar 0,14 kilowatt-jam (kWh) listrik atau setara untuk menyalakan dua lusin lampu LED selama satu jam.
“Bayangkan jika interaksi terjadi miliaran kali per hari, maka konsumsi daya yang dibutuhkan akan membubung tinggi,” tulis New York Post.
Data terbaru menunjukkan bahwa pusat data dunia kini mengonsumsi sekitar 2% dari total energi listrik global. Para ahli memperkirakan angka ini terus meningkat, terutama seiring dengan maraknya penggunaan AI generatif seperti ChatGPT di berbagai sektor.
Meski dianggap memberatkan sistem, Direktur Desain Microsoft Copilot, Kurtis Beavers menilai penggunaan bahasa sopan penting dari sisi kualitas interaksi. Menurutnya, kesopanan pengguna dapat menciptakan komunikasi yang lebih kooperatif dari sisi AI.
“Kalau pengguna sopan maka AI pun akan membalas dengan sopan,” ujarnya.
Tren ini juga tercermin dalam survei tahun 2024 di Amerika Serikat (AS). Sebanyak 67% responden mengaku terbiasa berkata “tolong” dan “terima kasih” saat berbicara dengan chatbot. Sementara 55 % lainnya menyebut sebagai bentuk etika. Sedangkan 12% lainnya menganggapnya sebagai langkah antisipasi jika suatu hari AI memberontak.