Ikhbar.com: Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) edisi September 2025 menunjukkan tren positif dalam kondisi keuangan masyarakat Indonesia. Hasil riset tersebut mengungkap adanya peningkatan signifikan pada proporsi pengeluaran konsumsi dibanding bulan sebelumnya. Menariknya, kenaikan ini justru paling menonjol di kalangan masyarakat berpendapatan menengah ke bawah.
Berdasarkan data BI, rata-rata porsi pendapatan masyarakat yang digunakan untuk konsumsi mencapai 75,1%, naik dari 74,8% pada Agustus.
“Meningkatnya porsi konsumsi menunjukkan aktivitas ekonomi rumah tangga yang semakin bergairah menjelang akhir tahun,” ungkap pihak Bank Indonesia dalam laporan resminya.
Baca: Survei: Mayoritas Warga AS Dukung Palestina dan Tolak Biayai Militer Israel
Artinya, masyarakat kini lebih aktif membelanjakan pendapatannya untuk kebutuhan pokok maupun gaya hidup.
Di sisi lain, pembayaran cicilan justru mengalami penurunan, sementara tingkat tabungan masyarakat tetap stabil. Secara rinci, porsi pendapatan yang dialokasikan untuk membayar cicilan atau debt to income ratio turun menjadi 11,2% dari sebelumnya 11,4%.
Sementara proporsi tabungan terhadap saving to income ratio atau pendapatan bertahan di angka 13,7%, yang menandakan kestabilan finansial masyarakat masih terjaga dengan baik.
Jika dilihat dari kelompok pengeluaran, peningkatan konsumsi tertinggi terjadi pada masyarakat berpendapatan Rp 1 juta hingga Rp 2 juta, yang naik dari 76,5% menjadi 78%. Fakta ini menunjukkan bahwa masyarakat berpendapatan rendah justru menjadi motor penggerak konsumsi nasional.
“Peningkatan konsumsi di kelompok berpenghasilan rendah menunjukkan daya beli yang semakin membaik, sekaligus menjadi sinyal positif bagi pemulihan ekonomi,” jelas BI dalam pernyataannya.
Sebaliknya, kelompok berpenghasilan Rp 4,1 juta hingga Rp 5 juta justru menurunkan tingkat konsumsi dari 75,1% menjadi 72,4%. Fenomena ini dinilai mencerminkan sikap lebih berhati-hati dari masyarakat menengah dalam mengelola pengeluaran di tengah ketidakpastian ekonomi.
“Kelompok menengah cenderung lebih waspada terhadap potensi risiko ekonomi, sehingga mereka menahan belanja konsumtif,” tulis BI dalam laporan tersebut.
Untuk pembayaran cicilan, kelompok berpenghasilan tinggi di atas Rp 5 juta juga mencatat penurunan rasio dari 14,1% menjadi 13,8%, sementara kelompok berpenghasilan rendah menunjukkan fluktuasi ringan.
Meski demikian, porsi tabungan yang tetap stabil di hampir semua kelompok menunjukkan tingkat kesadaran finansial masyarakat yang semakin membaik.
Dengan tren konsumsi yang meningkat tanpa mengganggu stabilitas tabungan, Bank Indonesia menilai daya beli masyarakat masih kuat.
“Hasil survei ini menjadi indikator optimisme ekonomi nasional menjelang akhir tahun 2025, di mana konsumsi rumah tangga tetap menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia,” tegas BI dalam keterangan tertulisnya.