Ikhbar.com: Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengaku sangat sedih karena tidak mampu melerai perang di Jalur Gaza, Palestina.
Menurut Guterres, jika pun tidak berhasil, dia semestinya harus mampu untuk sekadar memaksa Israel maupun militas Hamas untuk menghormati hukum internasional dan kemanusiaan.
“Frustasi terburuk saya adalah melihat penderitaan dalam skala besar dan mengetahui bahwa saya tidak memiliki kekuatan untuk menghentikannya,” katanya, sebagaimana dikutip dari Arab News, Jumat, 9 Februari 2024.
“Dan ini fakta, saya memang tidak punya kekuatan untuk menyetopnya,” sambung dia.
Baca: PBB: 17 Ribu Anak di Gaza Kehilangan Orang Tua
Dia memperingatkan bahwa tragedi besar bisa terjadi di Rafah, Gaza selatan jika Israel terus melanjutkan niatnya untuk memperluas serangan ke kota yang menjadi tempat lebih dari satu juta warga Palestina berlindung.
“Separuh penduduk Gaza kini berdesakan di sana. Mereka tidak punya rumah, tujuan, dan harapan,” kata Guterres.
Dia menyerukan agar kedua belah pihak berkenan segera melakukan gencatan senjata, pembebasan sandera tanpa syarat, dan menyepakati langkah nyata dan konkret menuju solusi dua negara.
“Operasi militer yang dilakukan di Gaza dengan jumlah korban jiwa dan kehancuran yang sangat besar itu tidak dapat diterima,” katanya.
“Saya akan selalu menjadi pendukung kuat hak Israel untuk hidup damai dan aman, tetapi saya juga berkomitmen penuh untuk bekerja demi rakyat Palestina agar mendapatkan pengakuan negara mereka, berhak menentukan nasib sendiri, dan diakhirinya pendudukan,” kata dia.
Baca: Korban Tewas Serangan Israel Tembus 27 Ribu Orang, Warga Gaza Disiksa sebelum Dibunuh
Hingga hari ini, perang di Gaza belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Kementerian Kesehatan di Gaza per Kamis, 8 Februari 2024 melaporkan, korban tewas warga Palestina telah meningkat menjadi 27.840 orang, sementara 67.317 orang lainnya mengalami luka-luka sejak kali pertama perang meletus pada 7 Oktober 2023 lalu.
“Serangan Israel menewaskan 130 orang dan melukai 170 lainnya terluka dalam 24 jam terakhir,” menurut rilis tersebut.
“Banyak orang yang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan dan tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka,” tambah mereka.