Mendikdasmen Sebut Indonesia Darurat ‘Fatherless Nation’, Apa Itu? 

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Prof. Dr. KH Abdul Mu'ti. Foto: Dok. Muhammadiyah

Ikhbar.com: Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Prof. Dr. KH Abdul Mu’ti menegaskan bahwa fenomena fatherless nation atau bangsa tanpa ayah adalah isu sosial yang mesti mendapat perhatian sangat serius karena berpotensi merusak sendi-sendi pembangunan bangsa.

Hal itu disampaikan Kiai Mu’ti Puncak Milad Ikatan Guru Aisyiyah Bustanul Athfal (IGABA) ke-28 yang diselenggarakan PD IGABA Lamongan pada Sabtu, 18 Oktober 2025.

“Kegagalan peran ayah, baik dalam lingkup keluarga maupun negara, merupakan tantangan besar yang muncul bersamaan dengan perkembangan sosial dan ekonomi,” ujar sosok yang menjabat sebagai Sekretaris Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah itu dikutip dari laman Muhammadiyah.or.id pada Kamis, 23 Oktober 2025.

Baca: Kemendikdasmen Buka PPG Guru 2025, Daftar di Sini!

Kiai Mu’ti menjelaskan bahwa fatherless nation adalah alarm nyata mengenai anak-anak yang tumbuh tanpa atau minim figur ayah, secara harfiah maupun kiasan.

Secara harfiah, fenomena ini terlihat dari pergeseran struktur keluarga. Ia lantas menyoroti meningkatnya keluarga dengan single parent yang hanya terdiri dari ibu dan anak.

Namun, lanjut Kiai Mu’ti, yang tak kalah mengkhawatirkan adalah kondisi kiasan ayah secara fisik hadir, tetapi abai dalam peran dan tanggung jawabnya.

“Kedua, anak ini punya ayah, sang istri juga punya suami. Tetapi sang ayah dan suaminya tidak pernah mengurusi istri dan anaknya,” ujarnya.

Kondisi minimnya keterlibatan aktif ayah dalam pengasuhan dan pendidikan ini memerlukan perhatian ekstra. Ia menekankan bahwa kehadiran dan peran aktif ayah sangat krusial sebagai fondasi untuk mewujudkan bangsa yang hebat.

Tidak hanya dalam keluarga, Kiai Mu’ti juga memperluas definisi fatherless nation ke konteks negara. Dalam konteks kenegaraan, istilah ini merujuk pada krisis teladan atau minimnya contoh baik dari para pemimpin negara. Hal ini menunjukkan bahwa masalah absennya figur kepemimpinan yang baik menjalar dari ranah mikro ke makro.

“Oleh karena itu ketika kita berbicara pendidikan anak usia dini, peran ibu sangat penting. Tetapi peran ayah juga tidak kalah pentingnya. Inilah yang menjadi tantangan kita saat ini,” tegasnya.

Ia menggarisbawahi bahwa di tengah perubahan struktur keluarga akibat perkembangan ekonomi dan sosial (Ekosos), peran ayah dalam proses Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tidak boleh dikesampingkan.

Menyikapi perubahan struktur keluarga dan ancaman fatherless nation ini, pendidikan anak usia dini menjadi sebuah keniscayaan dan solusi masalah sosial yang muncul.

Menurut Kiai Mu’ti, situasi ini kini tidak hanya fenomena perkotaan tetapi juga menjangkiti perdesaan.

Untuk itu, pemerintah berkomitmen penuh mendukung keberlangsungan dan pengembangan PAUD sebagai jalan keluar dari krisis figur ayah dalam pembentukan karakter bangsa.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.