Logo Sekolah Garuda Buah Kreativitas Santri

Logo Sekolah Garuda. Foto: Dok. Kemenag

Ikhbar.com: Logo Sekolah Unggul Garuda yang menjadi simbol kebanggaan program pendidikan nasional ternyata menyimpan kisah inspiratif di balik proses penciptaannya.

Sosok di balik karya tersebut adalah Diyan Rizqianto, seorang santri yang menggabungkan nilai spiritual, cinta tanah air, dan kreativitas dalam setiap goresan desainnya.

Diyan, alumnus Pondok Modern Darussalam Gontor dan Universitas Islam Negeri (UIN) Syekh Wasil Kediri, tidak pernah menyangka bahwa hasil karyanya akan menjadi pemenang dalam Sayembara Desain Logo Sekolah Garuda tingkat nasional.

“Alhamdulillah, saya sangat bersyukur. Ini pengalaman pertama saya menjuarai lomba desain logo di level nasional,” ujar Dian dikutip dari laman Kemenag pada Sabtu, 10 Oktober 2025.

Baca: Kemenag Rilis Logo Hari Santri 2025, Download di Sini! 

Diyan Rizqianto, Pemenang Sayembara Desain Logo Sekolah Garuda. Foto: Dok. Kemenag

Sayembara desain logo ini diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Kementerian Agama (Kemenag) pada 9–21 Mei 2025, dengan pengumuman pemenang pada 6 Agustus 2025 melalui akun resmi @ditjensaintek.

Dari lima finalis terbaik, desain karya Diyan dipilih sebagai pemenang karena dinilai paling kuat secara filosofi, orisinal, dan bermakna nasionalis.

Perjalanan menuju kemenangan tersebut tidak mudah. Diyan mengaku telah berkali-kali mengikuti lomba serupa, namun kerap gagal.

“Saya hampir putus asa, tapi saya percaya kegagalan itu tetap bagian dari proses belajar,” ujarnya.

Ia terus mengasah kemampuan desain secara autodidak lewat buku, video daring, dan komunitas kreatif.

Mengusung tema “Menggapai Asa Menuju Generasi Emas 2045”, Diyan menggambarkan pita merah putih yang menjulang membentuk burung Garuda sebagai elemen utama.

Menurutnya, pita tersebut melambangkan perjalanan panjang pendidikan Indonesia menuju kemajuan, sedangkan burung Garuda menjadi simbol semangat, kepemimpinan, dan cita-cita luhur bangsa.

“Bagi saya, setiap bentuk dalam desain harus punya makna. Logo ini bukan sekadar tampilan, tapi juga pesan moral dan filosofi pendidikan nasional,” jelasnya.

Desain karyanya mencerminkan semangat kebangsaan, nilai Pancasila, dan arah pendidikan menuju generasi unggul. Warna serta lekuk garisnya menggambarkan sinergi antara ilmu pengetahuan, karakter, dan spiritualitas.

Kemenangan Diyan menjadi bukti nyata bahwa santri memiliki potensi besar untuk berkarya di bidang kreatif dan teknologi.

“Saya berharap Sekolah Garuda tidak hanya menjadi proyek sesaat, tetapi menjadi jembatan menuju Indonesia Emas 2045,” ungkapnya.

Sebagai lulusan UIN, ia berharap kampus Islam lebih terbuka terhadap perkembangan dunia kreatif.

“Akan luar biasa jika UIN membuka jurusan Desain Komunikasi Visual. Banyak santri dan mahasiswa Islam yang punya bakat luar biasa di bidang ini,” katanya.

Meski proses menggambar hanya berlangsung tiga hingga empat hari, tahap paling menantang justru saat mencari ide.

“Eksekusi desain bisa selesai dalam hitungan jam, tapi riset dan perenungan makna memakan waktu lama,” tambahnya.

Ia menegaskan bahwa desain yang baik lahir dari pemahaman, bukan sekadar alat.

Di sisi lain, Diyan juga mengapresiasi penyelenggara sayembara yang bekerja secara profesional dan transparan.

“Mulai dari pendaftaran sampai penjurian, semuanya berjalan terbuka. Ini contoh ideal untuk lomba nasional,” ujarnya.

Menariknya, setiap kali melihat logo Sekolah Garuda terpampang di berbagai media, Diyan mengenang malam-malam panjangnya di pondok. Di sanalah ia dulu menggambar dengan kuas sederhana sambil memupuk mimpi besar.

Dari santri Gontor hingga pemenang sayembara nasional, Diyan membuktikan bahwa spiritualitas dan kreativitas dapat berjalan beriringan bila dilakukan dengan niat tulus.

“Setiap garis adalah doa,” imbuhnya.

Kini, doa itu terbang bersama Garuda dapat mengantarkan semangat anak-anak Indonesia menuju masa depan yang gemilang.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.