Ikhbar.com: Netflix baru-baru ini memberikan klarifikasi usai diduga menghapus belasan film kategori Palestina sejak pertengahan Oktober 2024. Kebijakan tersebut membuat layanan streaming video berbasis langganan telah itu mendapat kecaman dari para warganet.
“Ada 19 film kategori Palestina yang dihapus Netflix yang dilisensikan oleh Front Row Filmed yang berpusat di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA),” tulis Deadline dikutip pada Senin, 28 Oktober 2024.
Beberapa daftar film yang dihapus dari Netflix antara lain Divine Intervention (2002) karya Elia Suleiman, Salt of this Sea (2008) karya Annemarie Jacir, dan 3000 Nights (2015) karya Mai Masri.
Melalui pernyataan resminya, Netflix mengatakan bahwa koleksi “Palestina Stories” dengan 32 film merupakan bagian dari kesepakatan lisensi selama tiga tahun. Beragam film dalam koleksi tersebut diluncurkan pada Oktober 2021, sehingga lisensinya saat ini sudah habis.
Baca: Netflix segera Rilis Film Dokumenter Liga Arab Saudi
“Lisensi tersebut kini telah kedaluwarsa. Seperti biasa, kami terus berinvestasi dalam berbagai film dan acara TV berkualitas untuk memenuhi kebutuhan anggota kami, dan merayakan suara-suara dari seluruh dunia,” jelas Netflix.
Meski demikian, Netflix membantah telah menghapus keseluruhan film kategori Palestina. Pihaknya mengaku masih memiliki judul-judul film dari kreator Palestina.
“Penghapusan film dan serial saat masa lisensi berakhir merupakan praktik standar. Misalnya, film Friends yang telah dihapus pada awal 2020. Kami tidak lagi menayangkan film Friends di AS setelah Warner Bros mengambil hak atas serial tersebut untuk layanan streaming, Max,” jelas Netflix.
Di sisi lain, kebijakan tersebut memantik Organisasi hak asasi manusia (HAM) yang berpusat di San Francisco, Amerika Serikat (AS), Freedom Forward bereaksi dengan mengedarkan surat terbuka dan petisi.
Direktur Eksekutif Freedom Forward, Sunjeev Bery mengatakan, Netflix harus mengembalikan judul-judul film yang dihapus itu. Meski tersandung lisensi, mereka menilai Netflix idealnya dapat melakukan upaya untuk menjaga akses publik global terhadap film-film Palestina.
Menurutnya, Netflix termasuk sebagai wadah perfilman yang mampu memperbarui lisensi film yang seharusnya mendapatkan perhatian.
Ia khawatir dengan penghapusan film Palestina dari Netflix akan semakin meminggirkan suara rakyat Palestina yang saat ini masih menjadi sasaran genosida militer Israel.
“Mengapa Netflix tidak memperbarui perjanjian lisensi yang menayangkan 19 film Palestina ini? Netflix adalah perusahaan bernilai 300 miliar dollar AS yang mampu memperbarui lisensi untuk film-film yang menjadi perhatiannya,” kata Bery.
Menurutnya, Netflix seharusnya terus melakukan sajian untuk berbagi kisah-kisah Palestina kepada dunia di tengah penderitaan yang dialami warga Gaza.
“Sebaliknya, Netflix telah membiarkan hampir seluruh koleksi film Palestina miliknya menghilang,” tandasnya.