Kemenag Gelar Kompetisi Baca Kitab Kuning Sedunia

Jajaran Kementerian Agama (Kemenag) saat membuka kick off MAKAN Internasional. Foto: Kemenag

Ikhbar.com: Sebanyak 8.773 santri dari 1.218 lembaga pendidikan Islam ikut ambil bagian dalam Musabaqah Qira’atil Kutub (MQK) Internasional pertama yang digelar Kementerian Agama (Kemenag). Mereka berasal dari 1.161 pondok pesantren dan 57 Ma’had Aly di seluruh Indonesia.

Dari ribuan peserta tersebut, hanya 10 putra dan 10 putri terbaik yang akan melaju ke babak final. Ajang puncak ini akan digelar di Pondok Pesantren As’adiyah, Sengkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, pada 1–7 Oktober 2025.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Suyitno menegaskan bahwa penyelenggaraan MQK tahun ini telah bertransformasi mengikuti perkembangan zaman. Untuk pertama kalinya, proses seleksi dilakukan secara digital melalui Computer Based Test (CBT).

“MQK tahun ini merupakan MQK Internasional pertama di Indonesia yang telah beradaptasi dengan perkembangan digital dan telah menggunakan sistem CBT dalam seleksi tesnya. Hal ini menjadi penanda bahwa pesantren telah melaksanakan salah satu program prioritas Kemenag (ASTA PROTAS) yaitu mengenai tata kelola digital,” ujar Suyitno.

Baca: Jejak Kertas Eropa di Kitab Kuning Nusantara, Dari Merek hingga Harga

Nama maskot

MQK Internasional 2025 menghadirkan maskot resmi bernama Bungosa, karakter yang terinspirasi dari ikan Bungo khas Danau Tempe, Sulawesi Selatan. Nama Bungosa merupakan gabungan dari kata “Bungo” dan “Asa”, yang mencerminkan harapan dan kebijaksanaan, yakni simbolisasi dari kedalaman ilmu yang diusung dalam MQK.

Selain kompetisi inti, rangkaian acara MQK turut dimeriahkan oleh Halaqah Ulama Internasional, Expo Kemandirian Pesantren, Macanang Bershalawat, Perkemahan Pramuka Santri Nusantara, Fajr Inspiration, Night Inspiration, dan Pesantren Hijau.

Tiga nilai utama yang menjadi dasar pelaksanaan MQK Internasional adalah ekoteologi, kurikulum cinta, dan perdamaian dunia, sebuah pesan bahwa kitab kuning dan tradisi pesantren tetap relevan dan visioner sebagai fondasi masa depan Islam dunia.

Menghidupkan kitab kuning

Kompetisi baca kitab kuning berskala internasional ini tidak hanya menjadi ajang adu kepiawaian membaca teks klasik berbahasa Arab, tetapi juga ruang untuk menghidupkan kembali ruh keilmuan dalam kitab-kitab turats yang menjadi warisan besar peradaban Islam.

Saat membuka kick off MQK Internasional ke-1 di Auditorium H.M. Rasjidi, Jakarta pada Selasa, 8 Juli 2025, Menteri Agama (Menag) Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar menekankan pentingnya nilai penghayatan dalam perlombaan ini.

“Perlombaan kitab kuning tidak hanya menekankan aspek qiraatnya saja tanpa ada penghayatan. Tetapi harus menekankan makna sakralnya sesuai dengan tujuan perlombaan ini yaitu untuk menjiwai kitab-kitab turats itu sendiri,” ucap Menag.

Menurut Prof. Nasar, sapaan akrabnya, kitab turats atau kitab kuning merupakan karya besar para ulama lintas generasi yang mencakup berbagai disiplin ilmu, seperti fikih, tafsir, hadis, hingga bahasa Arab. Ia juga menyinggung bahwa karya lokal seperti Kitab Lagaligo dari Sulawesi Selatan termasuk dalam khazanah ini.

“Kata turats berarti warisan atau peninggalan, dan dalam konteks ini mengacu pada literatur keislaman yang mencakup berbagai bidang ilmu,” jelasnya.

Ia menambahkan, tujuan MQK bukanlah sekadar menguji kelancaran membaca, melainkan menilai sejauh mana santri mampu memahami isi dan nilai spiritual dari kitab-kitab tersebut.

“Saya berharap bahwa kompetisi ini bukan bertujuan menguji keahlian bahasa Arab tetapi untuk menguji pemahaman mendalam dan mengetahui seberapa jauh spiritual meaning para santri terhadap kitab-kitab turats,” ujar sosok yang juga Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta itu.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.