Ikhbar.com: Kementerian Kesehatan di Gaza mengumumkan bahwa, setidaknya 41.118 orang tewas dalam perang antara Israel dan militan Palestina, yang kini memasuki bulan ke-12. Jumlah kematian ini termasuk 34 orang yang tewas dalam 24 jam terakhir.
Kementerian juga mencatat bahwa 95.125 orang terluka di Jalur Gaza sejak perang dimulai, ketika militan Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober.
Kekejaman Israel di Gaza juga telah menuai banyak protes di berbagai belahan dunia. Baru-baru ini, di Australia, sekitar 1500 orang yang tergabung dalam kelompok anti-perang menggelar protes di luar pameran pertahanan di Melbourne, Australia.
Baca: Sindir Barat, PM Malaysia: Sok-sokan Ajari HAM, tapi Israel Genosida Diam!
Unjuk rasa telah berlangsung selama dua hari sejak bentrokan kekerasan antara polisi dan pengunjuk rasa, pada hari Rabu, 11 September 2024, yang mengakibatkan beberapa petugas terluka.
Al Arabiya News melaporkan, pengunjuk rasa berbaris melalui jalan-jalan kota, sementara polisi mendirikan penghalang untuk mencegah kerumunan memasuki jalan-jalan dekat lokasi yang menjadi tuan rumah Land Forces International Land Defense Exposition (Pameran Pertahanan Darat Internasional Angkatan Darat), yang diadakan setiap dua tahun.
Pasukan anti huru-hara dan personel khusus dikerahkan dalam operasi keamanan terbesar di Melbourne ini, sejak Forum Ekonomi Dunia pada tahun 2000. Ratusan petugas polisi dari bagian lain negara bagian Victoria juga telah dikirim ke Melbourne.
Dalam unjuk rasa ini, polisi dilaporkan menggunakan granat spons, perangkat flashbang, dan semprotan merica untuk mengendalikan kerumunan yang agresif. Beberapa pengunjuk rasa dilaporkan melempar batu, kotoran kuda, dan botol ke arah petugas dan kuda. Akibatnya, puluhan orang ditangkap.
Baca: PBB Murka Stafnya sempat Ditahan Tentara Israel
Pengunjuk rasa meneriakkan slogan pro-Palestina melalui pelantang suara, dan mengibarkan bendera Palestina, sementara yang lain membawa spanduk dan bendera yang mewakili konflik dan perjuangan lainnya.
Menurut polisi negara bagian Victoria, sebanyak 22 orang didakwa, dan 10 orang menerima pemberitahuan pelanggaran. Sementara itu, 27 petugas polisi memerlukan perawatan medis.
Pengunjuk rasa mengeklaim bahwa, polisi menggunakan peluru karet dan senjata lain yang mereka sebut seharusnya dilarang digunakan terhadap demonstran, termasuk semprotan merica.
Kekerasan selama protes ini, yang dipimpin sebuah kelompok yang menyebut dirinya Disrupt Land Forces, mendapat kecaman keras dari partai politik utama, meskipun partai kiri minoritas, Greens, telah meminta penyelidikan independen terhadap tindakan polisi.