IFJ: Serangan Israel terhadap Jurnalis di Gaza Adalah Kejahatan Perang

Salah satu jurnalis di Gaza yang menjadi korban serangan Israel. Foto: Anadolu/Enes Taha Ersen

Ikhbar.com: Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Jurnalis Internasional (IFJ), Tim Dawson menyebut serangan tentara Israel terhadap jurnalis Palestina bertujuan untuk menghentikan berita keluar dari Gaza.

Ia menegaskan, tindakan tersebut jelas merupakan bentuk kejahatan perang. Sebab hukum internasional mewajibkan militer untuk memperlakukan jurnalis sebagai warga sipil. Selain itu, mereka juga wajib menjamin keselamatan waratawan di medan perang.

“Sengaja menargetkan jurnalis adalah kejahatan perang,” tegas Dawson dikutip dari Anadolu pada Rabu, 27 Desember 2023.

“Saya pernah berbincang dengan salah satu jurnalis di Gaza, ia membenarkan bahwa benar mereka menjadi sasaran militer Israel,” imbuhnya.

Jumlah wartawan yang tewas di Gaza sekitar 100 orang. Data tersebut menurut Dawson harus dipublikasikan ke seluruh dunia.

“Jumlah kematian jurnalis di Gaza sangat banyak. Kenyataan ini sulit untuk kami abaikan,” ujar dia.

Oleh karena itu, Dawson meminta Pengadilan Internasional untuk segera melakukan penyelidikan atas kejahatan militer Israel terhadap jurnalis di Gaza.

“Kami telah mengajukan pengaduan ke Pengadilan Internasional terkait kematian jurnalis di tangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Kami berharap upaya ini segera mendapat titik terang,” ujar dia.

Upaya yang dilakukan Dawson itu disambut baik Pengadilan Internasional. Baru-baru ini Kepala Jaksa Pengadilan Internasional, Karim Khan yang dilaporkan tengah berada di Tepi Barat.

“Karim Khan telah meyakinkan para pemimpin Sindikat Jurnalis Palestina (PJS) bahwa penyelidikan sedang dilakukan,” ucap Dawson.

Ia menekankan, penting bagi masyarakat Gaza dan Palestina untuk memiliki kepercayaan pada hukum internasional. Hal itu tak lepas agar kasus pembantaian para jurnalis dapat ditangani dengan serius.

Dawson mengatakan, saat ini pihak Israel dan Mesir tidak mengizinkan wartawan internasional masuk ke Gaza. Hal itu mengacu pada pemadaman telekomunikasi rutin di wilayah tersebut.

Ia menyebut, para wartawan Gaza telah menunjukkan kegigihan yang luar biasa dalam peliputan meski dengan sedikit makan dan minum. “Mereka tetap bekerja meski berada di kondisi sukit bahan bakar. Bahkan sebagian dari mereka tinggal di tenda,” katanya.

“Saya mengapresiasi betul atas kerja mereka. Saya merupakan pengagum karya-karya jurnalis di Gaza,” tambahnya.

Dawson mengungkapkan, wartawan menjadi salah satu pihak yang paling menderita di Gaza. Ada sekitar 7% atau 8% dari seluruh jurnalis di wilayah terkepung tersebut terbunuh. Nyaris seluruh dari mereka kehilangan anggota keluarganya.

“Terbunuhnya para jurnalis di Gaza ini menjadi peristiwa yang menyedihkan sekaligus mengerikan,” tandasnya.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.