Ikhbar.com: Gereja Ortodoks Rusia menyebut pembakaran Al-Qur’an di Swedia sebagai bentuk vandalisme yang tidak bisa diterima. Kepala Departemen Sinode untuk Hubungan Gereja dengan Masyarakat dan Media Patriarkat Moskow, Vladimir Legoyda menegaskan, perjuangan politik seseorang tidak boleh melintasi batas kemanusiaan dan menyinggung hal-hal suci keagamaan.
“Pembakaran Alquran di dekat kedutaan Turki di Swedia adalah tindakan vandalisme yang tidak dapat diterima,” ujarnya seperti dikutip dari TASS, Russian News Agency, Selasa, 24 Januari 2023.
“Seseorang tidak boleh meludahi sesuatu yang sakral bagi orang lain,” ujar dia.
Sebelumnya, pembakaran kitab suci Al-Qur’an terjadi Sabtu, 21 Januari 2023 oleh Rasmus Paludan, pemimpin partai politik sayap kanan Denmark Garis Keras Swedia.
Paludan juga mengkritik NATO, Turki, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Swedia dan Finlandia tahun lalu mendaftar untuk bergabung dengan NATO setelah invasi Rusia ke Ukraina, dan semua 30 negara anggota harus menyetujui tawaran mereka.
Turki mengatakan Swedia harus terlebih dahulu mengambil sikap yang lebih jelas terhadap apa yang dilihatnya sebagai teroris, terutama militan Kurdi dan kelompok yang disalahkan atas upaya kudeta tahun 2016.
Dalam izin yang diperolehnya dari polisi, dikatakan bahwa protes Paludan dilakukan terhadap Islam dan apa yang disebut upaya Erdogan untuk mempengaruhi kebebasan berekspresi di Swedia.
Demonstrasi yang dilakukan oleh Paludan dan kawanannya, memprotes upaya Swedia masuk NATO dan untuk menunjukkan dukungan bagi Kurdi.
Pembicara berdiri di depan spanduk merah besar bertuliskan ‘Kita semua PKK’, mengacu pada Partai Pekerja Kurdistan yang dilarang di Turki, Swedia, dan Amerika Serikat.
Paludan, yang juga berkewarganegaraan Swedia, pernah menggelar sejumlah demonstrasi di masa lalu dimana dia membakar Al-Qur’an.