3 Kiat Hidup Sejahtera ala Prof Rokhmin Dahuri

Anggota Komisi IV DPR RI, Prof. Dr. Ir. H. Rokhmin Dahuri saat melaksanakan reses di Desa Getrakmoyan, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon pada Ahad, 12 Oktober 2025. Foto: Dok. Rokhmin Dahuri

Ikhbar.com: Spirit untuk memperbaiki kualitas hidup menjadi sorotan utama dalam kunjungan reses Anggota Komisi IV DPR RI, Prof. Dr. Ir. H. Rokhmin Dahuri, di Desa Getrakmoyan, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Di hadapan para koordinator desa (Kordes) dan relawan, tokoh nasional sekaligus Ketua Umum Dulur Cirebonan ini menegaskan bahwa kesejahteraan berawal dari keteguhan iman, etos kerja, dan hubungan sosial yang baik.

Menurutnya, setiap manusia memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi pribadi mulia, apa pun profesinya. Ia mengajak hadirin untuk tidak minder ataupun merasa kecil karena pekerjaan.

Baca: Prof. Rokhmin Dahuri: Indonesia Emas 2045 Mustahil tanpa Keadilan Hukum

“Jadilah manusia terbaik apapun profesi kita, nelayan, petani, dosen, atau ibu rumah tangga yang salehah. Karena setiap suami berhasil pasti istrinya salehah,” ujar Rektor Universitas UMMI Bogor itu dalam reses pada Ahad, 12 Oktober 2025.

Ia melanjutkan bahwa semua profesi akan bernilai mulia apabila dijalani dengan ketulusan dan keunggulan. “Semua mulia di mata Allah jika dijalani dengan ikhlas dan unggul, dan janji Allah untuk meraih jannah,” sambungnya.

Prof. Rokhmin kemudian merumuskan tiga kiat sederhana menuju kesejahteraan hidup:

  1. Menjadi yang terbaik di posisi apapun, tanpa meremehkan profesi sendiri.
  2. Menjaga ukhuwah dan menjauhi sifat dengki yang dapat melalap amal.
  3. Mendekat kepada Allah melalui ibadah, terutama Salat Tahajud sebagai jurus pamungkas keberhasilan.

Tak hanya menyampaikan motivasi spiritual, Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2001–2004 itu juga menyoroti berbagai persoalan di sektor pertanian dan sosial. Keluhan mengenai irigasi rusak dan dangkal menjadi perhatian serius.

Ia menegaskan perlunya sistem pembenahan irigasi secara menyeluruh. “Perlunya pembenahan sistem irigasi dari premier hingga tersier demi menjamin hasil pertanian yang optimal,” ungkapnya.

Masalah penyaluran bantuan sosial (bansos) turut mencuat. H. Karsa, salah seorang petani, mengeluhkan kondisi irigasi yang kerap jebol. Sementara Irianto, mantan kuwu setempat, menyoroti dugaan penyimpangan dalam distribusi bansos.

“Kami berharap agar sistem distribusi bantuan sosial tahun 2026 dibenahi agar tepat sasaran, termasuk untuk fakir miskin dan tajug (masjid),” katanya.

Ia menegaskan kembali agar pemerintah memastikan penyaluran bansos menyentuh pihak yang benar-benar membutuhkan, tanpa ada penyalahgunaan.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.