Pendirian Ditjen Pesantren Selangkah Lagi Disetujui Pemerintah

Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Kementerian Agama (Kemenag), Prof. Dr. KH. Sahiron Syamsuddin dalam acara Halaqah Penguatan Kelembagaan Pendirian Direktorat Jenderal Pesantren Kemenag RI di University Hotel UIN Yogyakarta, Kamis (27/11/2025). Foto: ANTARA/Hery Sidik

Ikhbar.com: Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Kementerian Agama (Kemenag), Prof. Dr. KH. Sahiron Syamsuddin, menegaskan bahwa pemerintah dalam waktu dekan akan menyetujui pendirian Direktorat Jenderal (Ditjen) Pesantren.

Menurutnya, keputusan tersebut merupakan langkah strategis untuk memperkuat posisi pesantren dalam struktur kelembagaan negara.

Penegasan ini menempatkan pesantren sebagai institusi pendidikan yang mendapat dukungan lebih kuat dalam pengembangan perannya di tingkat nasional.

Dalam forum Halaqah Penguatan Kelembagaan Pendirian Direktorat Jenderal Pesantren Kemenag RI di Yogyakarta, Kamis, 27 November 2025, Prof. Sahiron menyampaikan bahwa proses pembentukan Ditjen Pesantren telah mencapai tahap akhir. Ia memastikan bahwa pemerintah telah mengesahkan hampir seluruh substansi yang diperlukan.

Baca: Menag Siap Tampung Anak Palestina ke Pesantren

“Pemerintah telah menyetujui secara substansial pendirian Direktorat Jenderal Pesantren. Sekitar 99 persen proses ini telah disetujui Presiden,” ujarnya.

Prof. Sahiron menjelaskan bahwa kehadiran Ditjen Pesantren akan memberikan posisi lebih strategis bagi pesantren dalam berbagai kebijakan Kemenag. Karena itu, halaqah menjadi ruang penting untuk menghimpun masukan langsung dari para kiai dan nyai mengenai kebijakan yang harus diprioritaskan setelah direktorat tersebut resmi berdiri.

“Kami ingin mendengar langsung pandangan kalian semua. Jika Direktorat Jenderal Pesantren berdiri, apa yang paling penting dilakukan? Masukan para kiai dan nyai akan menentukan arah kebijakan,” katanya.

Ia juga menyoroti derasnya perkembangan teknologi, termasuk artificial intelligence (AI), yang mengubah cara pengetahuan diproduksi dan disebarkan. Sahiron menekankan pentingnya kehadiran pesantren di ruang digital agar narasi Islam moderat tidak tersisih oleh pandangan ekstrem.

“AI belajar dari apa yang kita unggah. Jika ruang digital dipenuhi pandangan ekstrem, maka itulah yang dipelajari mesin. Karena itu para kiai dan ustadz harus hadir dengan konten-konten keislaman yang ramah dan beradab,” ujarnya.

Sementara itu, Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof Noorhaidi Hasan, menambahkan bahwa pesantren memiliki hubungan historis yang erat dengan lahirnya pendidikan tinggi Islam di Indonesia.

“Pesantren telah menjadi pelopor literasi keislaman dan pembentuk karakter bangsa jauh sebelum perguruan tinggi agama Islam negeri (PTAIN), cikal bakal UIN berdiri,” katanya.

Noorhaidi juga menegaskan bahwa kontribusi pesantren dalam perjalanan bangsa sangat besar, mulai dari perjuangan kiai dalam mempertahankan kemerdekaan hingga perannya dalam memperkuat moderasi beragama.

“Heroisme para kiai dalam mempertahankan kemerdekaan adalah warisan besar. Pesantren, para santri, dan para kiai akan terus mengawal keutuhan NKRI,” tandasnya.

Menanggapi tantangan era kecerdasan buatan, Noorhaidi menilai bahwa lembaga pendidikan Islam harus semakin adaptif terhadap perubahan teknologi. Ia mendorong adanya kolaborasi kuat antara pesantren dan UIN Sunan Kalijaga agar tetap mampu menjaga tradisi keilmuan klasik sambil responsif terhadap dinamika zaman.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.