PBB: 250 Juta Warga Mengungsi Akibat Bencana Iklim dalam Satu Dekade

PBB memperingatkan tingginya angka pengungsi akibat bencana iklim. Foto: AFP/Khaled Ziad

Ikhbar.com: Menjelang pembukaan KTT Iklim PBB (COP30) di Belém, Brasil, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) merilis laporan No Escape II: The Way Forward yang memaparkan bahwa bencana terkait cuaca telah memicu sekitar 250 juta perpindahan internal dalam 10 tahun terakhir.

Jumlah pengungsi rata-rata lebih dari 67.000 per hari. Angka ini menegaskan eskalasi risiko iklim yang kian menekan komunitas rentan di berbagai kawasan.

Laporan itu menyoroti banjir di Sudan Selatan dan Brasil, gelombang panas ekstrem di Kenya dan Pakistan, serta krisis air di Chad dan Ethiopia.

Baca: Pemanasan Ekstrem Turunkan Populasi Mikroba Laut, Ekosistem dan Rantai Makanan Terancam

Jumlah negara dengan paparan ekstrem terhadap bahaya iklim diproyeksikan melonjak dari 3 menjadi 65 pada 2040.

Negara-negara tersebut menampung lebih dari 45% populasi yang saat ini mengungsi akibat konflik.

“Cuaca ekstrem menghancurkan rumah dan mata pencaharian, serta memaksa keluarga, banyak yang sudah melarikan diri dari kekerasan, untuk kembali mengungsi,” ujar Kepala UNHCR, Filippo Grandi, dikutip dari Al Jazeera, pada Senin, 10 November 2025.

Ia menambahkan, kelompok ini paling terpukul oleh kekeringan, banjir mematikan, dan gelombang panas, namun memiliki sumber daya paling sedikit untuk pulih.

UNHCR juga memperingatkan pelemahan komitmen pendanaan. Di tengah pemotongan bantuan luar negeri oleh Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Donald Trump, yang sebelumnya menyumbang lebih dari 40% anggaran UNHCR, lembaga ini mendesak agar pembiayaan iklim menjangkau komunitas “di tepi jurang” dan COP30 menghasilkan aksi nyata.

Sekitar 50.000 peserta dari lebih 190 negara berkumpul di Belém untuk membahas penanganan krisis iklim, termasuk perdebatan atas mekanisme penyesuaian perbatasan karbon Uni Eropa (CBAM) yang oleh sebagian mitra dagang dinilai beraroma proteksionisme.

Baca: Studi: Bahan Bakar Fosil Sebabkan 8,7 Juta Kematian per Tahun

CBAM dimaksudkan menyetarakan harga karbon barang impor dengan produksi domestik di Uni Eropa guna mencegah carbon leakage (kebocoran karbon).

UNHCR memperkirakan bahwa pada 2050, 15 kamp pengungsi terpanas di dunia, antara lain di Gambia, Eritrea, Ethiopia, Senegal, dan Mali, bisa mengalami hampir 200 hari stres panas berbahaya per tahun, sehingga kebutuhan pendanaan adaptasi dan perlindungan bagi pengungsi kian mendesak.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.