Prof Rokhmin: Kemuliaan Hidup tidak Ditentukan dari Jabatan, Tapi Keikhlasan

Anggota Komisi IV DPR RI, Prof. Dr. H. Rokhmin Dahuri. Foto: Dok. IKHBAR

Ikhbar.com: Anggota Komisi IV DPR RI, Prof. Dr. H. Rokhmin Dahuri menegaskan bahwa ukuran kemuliaan manusia tidak ditentukan oleh jabatan, harta, atau popularitas, melainkan dengan keikhlasan dan ketulusan dalam menjalani amanah kehidupan.

Pesan moral dari sosok yang juga menjabat sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI) Bogor itu disampaikan dalam kutipan inspiratif yang beredar di grup WhatsApp Dulur Rokhmin pada Senin, 20 Oktober 2025. Menurutnya, di tengah derasnya arus materialisme dan citra semu, umat perlu kembali menata orientasi hidup agar tidak terjebak dalam kesuksesan semu.

“Setiap profesi menjadi mulia jika dijalani dengan hati yang ikhlas dan niat karena Allah,” ujar mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Periode 2001–2004 itu.

Prof. Rokhmin menilai, kemuliaan sejati tidak lahir dari gelar, kekuasaan, atau kemewahan, tetapi dari niat dan kejujuran dalam menjalani profesi.

Ia menekankan, keikhlasan adalah inti dari setiap amal. Seseorang bisa menjadi manusia terbaik bukan karena status sosialnya, tetapi karena kesungguhan dan niat tulus dalam bekerja.

Baca: Prof Rokhmin Angkat Kesejahteraan Petani dengan Dukungan Benih Unggul

“Bukan yang paling kaya, bukan yang paling terkenal, bukan yang paling berkuasa. Tetapi yang paling jujur, paling tulus, dan paling ikhlas dalam niat,” tuturnya.

Dalam pandangannya, guru, petani, nelayan, birokrat, atau pengusaha memiliki derajat kemuliaan yang sama jika mereka bekerja dengan niat yang lurus. Sebab, dalam Islam, setiap profesi adalah ladang pahala jika diniatkan sebagai ibadah.

“Kemuliaan bukan terletak pada jabatan, melainkan pada keikhlasan menjalani amanah kehidupan,” tambahnya.

Di tengah dunia yang sibuk mengejar prestise dan penilaian publik, Prof. Rokhmin mengingatkan bahwa ikhlas adalah bentuk tertinggi dari profesionalisme spiritual.

Menurutnya, keikhlasan bukan hanya soal niat, tapi juga revolusi batin yang mengubah cara seseorang bekerja, melayani, dan berkarya.

“Ikhlas menjadikan profesi sebagai jalan menuju rida Allah. Ia menghapus pamrih, menumbuhkan ketulusan, dan melahirkan karya yang bermakna,” ujarnya.

Ia juga menilai, di era digital yang sarat pencitraan, keberanian untuk tetap jujur dan tulus justru menjadi nilai langka. “Menjadi manusia terbaik berarti berani berbeda di tengah arus dunia yang serba pamer,” ujarnya.

Bagi Prof. Rokhmin, tidak ada profesi yang rendah jika dijalani dengan hati yang tinggi.
Guru yang mengajar dengan cinta, petani yang menanam dengan doa, nelayan yang melaut dengan harapan, hingga birokrat yang melayani dengan integritas, semuanya adalah manusia terbaik jika bekerja dengan niat karena Allah.

“Setiap profesi adalah ladang pahala. Setiap tugas adalah amanah. Dan setiap langkah adalah kesempatan untuk menjadi mulia,” katanya.

Ia menambahkan, pandangan seperti ini harus menjadi fondasi bangsa, agar pembangunan tidak kehilangan ruh spiritual dan nilai kemanusiaan.

Prof. Rokhmin menutup pesannya dengan ajakan reflektif, yakni menjadi manusia terbaik adalah pilihan sadar, bukan sekadar takdir.

“Yang dinilai bukan seberapa tinggi jabatan kita, tapi seberapa ikhlas kita menjalaninya. Bukan seberapa besar gaji kita, tapi seberapa besar manfaat yang kita berikan,” tegasnya.

Ia mengajak seluruh lapisan masyarakat, mulai dari pejabat hingga rakyat kecil untuk menjadikan keikhlasan sebagai fondasi hidup. Karena pada akhirnya, nilai seseorang tidak diukur dari apa yang dimilikinya, tetapi dari apa yang diberikannya kepada sesama.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.