Ikhbar.com: Anggota Komisi IV DPR RI, Prof. Rokhmin Dahuri, dinilai sebagai salah satu tokoh yang menunjukkan perhatian serius terhadap para santri di Tanah Air.
Hal ini terlihat saat ia berkunjung ke Pondok Pesantren Nurul Muttaqien di Desa Rajasinga, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu, pada Sabtu, 28 Juni 2025. Dalam kunjungan tersebut, ia menyampaikan bahwa pesantren harus tampil sebagai pusat pendidikan agama sekaligus pusat ekonomi umat.
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (2001–2004) itu menegaskan pentingnya keseimbangan antara iman dan taqwa (imtaq) dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Menurutnya, langkah ini penting agar umat Islam memiliki daya saing yang tinggi.
“Imtaq dan Iptek adalah dua sayap kemajuan. Santri masa kini harus mampu berdiri di tengah zaman yang terus berubah, tanpa kehilangan nilai-nilai keislaman,” tegas politikus PDI Perjuangan itu.
Baca: Kepanjangan ‘Santri’ dalam Kamus Gen Z
Ia mengingatkan bahwa sepanjang sejarah Islam, dari Fathu Makkah (penaklukkan Kota Makkah) hingga masa keemasan abad ke-7 hingga 18, umat Islam memimpin dunia karena penguasaan ilmu dan penerapan Islam secara kaffah (utuh dan sempurna).
Sebelumnya, dalam peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2023, Prof. Rokhmin juga mengajak masyarakat untuk menghargai perjuangan santri dan kiai dalam merebut kemerdekaan Indonesia. Ia menekankan bahwa santri, ulama, dan kiai bukan sekadar penjaga moral bangsa, tetapi juga pejuang kemerdekaan.
“Santri, ulama, dan kiai merupakan faktor yang sangat dominan dalam mengusir penjajah di dalam memerdekakan bangsa ini dari penjajahan yang sangat zalim,” ujarnya melalui tayangan video.
Prof. Rokhmin juga mendorong para santri agar tetap menjaga iman dan takwa sebagai fondasi membangun bangsa menuju Indonesia Emas 2045.
“Kalau kita ingin negeri ini jadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, maka keimanan dan ketakwaan adalah kuncinya,” ujarnya.
Ketua Umum Gerakan Nelayan Tani Indonesia (GNTI) ini juga menekankan pentingnya peningkatan kapasitas keilmuan dan moralitas santri, agar mereka mampu tampil aktif dan berkualitas di berbagai lini kehidupan.
Pada kesempatan yang sama, ia mengajak seluruh bangsa menjadikan HSN sebagai momentum refleksi dan transformasi.
“Kegigihan perjuangan kaum santri dalam upaya merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia tidak pernah diragukan,” katanya.
Ia mengangkat kembali peran KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan sebagai dua tokoh ulama besar yang bukan hanya mendirikan Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, tetapi juga menyebarkan pendidikan dan keterampilan bagi masyarakat.
“Santri dan para ulama beserta para kiai merupakan pilar utama dari pembangunan bangsa,” tegasnya.
Baca: Bukan Gagap Teknologi, Ini Nilai Jual Pesantren yang Penting Diadaptasi
Menurut Prof. Rokhmin, NU dan Muhammadiyah telah membangun banyak sekolah dan pesantren yang mengintegrasikan ajaran agama dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan hidup. Bahkan, khutbah dan ceramah digunakan sebagai sarana menanamkan semangat patriotisme dan cinta tanah air.
Di tengah era globalisasi, ia menekankan pentingnya penguasaan sektor-sektor strategis seperti pertanian, perkebunan, pertambangan, dan kelautan oleh kalangan santri.
“Santri juga harus jadi pelaku ekonomi. Jangan hanya paham agama, tapi juga paham mengelola sumber daya bangsa ini,” imbaunya.
Ia meyakini, jika generasi santri mampu mengintegrasikan iman, ilmu, dan amal, maka cita-cita besar menuju Indonesia Emas 2045 bukanlah isapan jempol.
“Insyaallah, Indonesia Emas yang kita harapkan bisa terwujud,” pungkasnya.