Ikhbar.com: Jaringan Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) akan mendeklarasikan “Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia” pada Ahad, 18 Mei 2025, di Masjid Puser Bumi, Gunung Jati, Cirebon. Inisiatif ini digelar sebagai respons dan keprihatinan atas makin maraknya tindak kekerasan terhadap perempuan, perjudian online, krisis hukum, serta situasi kemanusiaan global, khususnya di Palestina.
“Ini adalah bentuk komitmen spiritual dan sosial untuk menyalakan kembali cahaya keulamaan perempuan yang berpihak pada kehidupan, keadilan, dan keselamatan semesta,” kata Juru Bicara Media Divisi Syiar KUPI, KH Faqihuddin Abdul Kodir, dalam keterangan resmi yang diterima pada Jumat, 16 Mei 2025.
Baca: Jaringan Ulama Perempuan Serukan Setop Perang dan Genosida di Gaza
Deklarasi ini direncanakan akan dihadiri para ulama perempuan dari berbagai daerah, termasuk Cirebon Raya (Kota/Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan), serta perwakilan dari Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Rangkaian kegiatan akan mencakup khataman Al-Qur’an, pembacaan selawat dan doa bersama, pembacaan puisi spiritual, pidato keulamaan, ziarah ke makam tokoh leluhur, serta penandatanganan kerja sama praksis sosial berupa penguatan koperasi pesantren.
Sejumlah tokoh nasional pun dijadwalkan hadir, Di antarnaya, Ny. Hj. Alissa Wahid, yang akan menyampaikan pidato keulamaan. Doa bersama akan dipimpin KH Husein Muhammad dan Ibu Ny. Hj. Siti Mahmudah. Sementara itu, puisi spiritual akan dibacakan oleh Ny. Hj. Masriya Amva dan Hj. Rieke Diah Pitaloka. Penandatanganan kerja sama dengan Kementerian Koperasi serta jaringan pesantren akan dikoordinasikan Ny. Hj. Masruchah.

Menurut Kiai Faqih, sapaan masyhurnya, acara ini bersifat terbatas untuk tamu undangan, tetapi publik tetap dapat mengikutinya melalui siaran langsung di kanal daring resmi KUPI. Lima lembaga penyangga KUPI, yakni Fahmina, Rahima, Alimat, Gusdurian, dan Aman Indonesia, juga akan menyelenggarakan nonton bareng (nobar) serta kegiatan lokal untuk menghidupkan semangat deklarasi tersebut.
Kiai Faqih menjelaskan, deklarasi ini sekaligus menjadi ajakan bagi masyarakat luas untuk menjadikan bulan Mei sebagai gerakan kultural tahunan bertajuk “Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia.”
“Setiap komunitas dan individu didorong menyelenggarakan doa bersama, diskusi, hingga aksi sosial yang meneladani kiprah ulama perempuan,” ujarnya.
Baca: Serukan Pemilu Adil dan Beradab, Ini 5 Maklumat Ulama Perempuan Indonesia
Ia juga mendorong dokumentasi dan narasi tentang tokoh-tokoh ulama perempuan lokal, seperti Syarifah Mudaim, Nyai Mas Gandasari, dan Ratu Subanglarang dari Cirebon, yang dinilai memiliki kontribusi besar meski kerap tak tercatat dalam sejarah resmi.
“Gerakan ini adalah upaya memperkuat akar spiritual dan sosial umat, serta menyambung mata rantai keilmuan Islam dari generasi ke generasi,” tutupnya.