Ikhbar.com: Popularitas artificial intellegence (AI) alias kecerdasan buatan ditengarai menyimpan potensi dampak buruk bagi lingkungan. AI generatif yang mampu memproduksi data kompleks itu akan menghabiskan energi yang sangat besar sehingga menghasilkan emisi karbon yang tinggi.
Professor muda ilmu komputer Universitas Boston, Kate Saenko menjelaskan, ongkos energi yang dikeluarkan untuk membangun suatu model kecerdasan buatan meliputi perakitan peralatan komputasi, penciptaan model, dan penerapannya dalam proses produksi.
Dia mengeklaim, pada 2019, para peneliti menemukan pembuatan AI generatif bernama BERT yang beroperasi dengan 110 juta parameter telah menghabiskan energi yang setara dengan sekali perjalanan antarbenua dengan pesawat terbang.
Peneliti memperkirakan proses pembuatan GPT-3, yakni model AI terbaru hasil pengembangan ChatGPT yang memiliki 175 miliar parameter menghabiskan listrik 1.287 megawatt jam, yang menghasilkan 552 ton CO2.
“Itu setara dengan emisi dari 123 mobil berbahan bakar bensin yang hilir mudik selama setahun,” ungkap dia, dikutip dari The Conversation, Senin, 7 Agustus 2023.
Baca: Jangan Download Aplikasi ChatGPT di Android
Angka tersebut baru berasal dari proses pembuatan, sebelum digunakan secara massal oleh pengguna. Saat sudah diluncurkan, model AI yang lebih besar menghabiskan energi lebih banyak.
Namun, ukuran bukan satu-satunya tolok ukur emisi karbon dari AI. Terbukti, pada kasus yang lain, model AI open access BLOOM yang dikembangkan BigScience project di Prancis, berukuran mirip dengan GPT-3, tetapi memiliki jejak karbon jauh lebih rendah, yaitu menghabiskan listrik 433 megawatt jam, dan menghasilkan emisi 30 ton CO2.
Guna meminimalisasi tingkat emisi karbon dari penggunaan AI, Saenko menawarkan solusi pemakaian listrik energi terbarukan. Sumber energi ini dapat menekan emisi hingga sepertiga puluh atau seperempat puluh, dibandingkan energi fosil.
Baca: Google Bagi-bagi Modal Rp1,5 Miliar untuk Perempuan Asia
“Caranya dengan penempatan sistem komputasi di lokasi yang memiliki banyak energi bersih, ataupun menjadwalkan operasi pada pagi-sore hari, kala pasokan energi terbarukan lebih banyak,” pungkas dia.