Ikhbar.com: Ancaman krisis menghantui dunia. Kesulitan ekonomi yang diyakini bakal terjadi tahun depan itu telah diwanti-wanti Presiden Joko Widodo, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
Melihat laporan perkembangan ekonomi global yang mengkhawatirkan, semakin sadar bahwa jurang krisis dan resesi ada di depan mata. Selain itu, dampak dari tekanan pandemi Covid-19 yang terjadi selama dua tahun terakhir pun tak sepenuhnya telah pulih.
Akan tetapi, sebagai manusia bertakwa, tentu pantang khawatir berlebihan. Sebab, dalam kondisi apapun Allah lah penentu jalan rezeki seseorang. Manusia, hanya mampu sebatas berikhtiar, selebihnya tawakal dan banyak-banyak berdoa.
Disarikan dari keterangan dalam Al-Adzkar Al-Muntakhabatu min Kalaami Sayyidi Al-Abraar atau Al-Adzkaar An-Nawawiyah karya Imam Abi Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi, salah satu doa yang bisa dibaca agar tetap diberi kelancaran di tengah himpitan ekonomi yang terasa makin sulit adalah sebagai berikut;
بِسْمِ اللَّهِ عَلَى نَفْسِي وَمَالِي وَدِينِي، اللَّهُمَّ رَضِّنِي بِقَضَائِكَ، وَبَارِكْ لِي فِيمَا قُدِّرَ لِي حَتَّى لا أُحِبَّ تَعْجِيلَ مَا أَخَّرْتَ، وَلا تَأْخِيرَ مَا عَجَّلْتَ
Bismillahi ala nafsi wa mali wa dini. Allahumma Raddhini bi qada’ika, wa barik li fi ma quddira li hatta la uhibba ta’jila ma akhkharta wa la ta’khira ma ‘ajjalta.
“Dengan menyebut nama Allah atas diriku, hartaku dan agamaku. Ya Allah, jadikanlah aku orang yang rida atau menerima atas ketetapanmu, serta berkahilah aku atas rezeki yang Engkau tentukan sehingga aku tak tergesa meminta sesuatu yang Engkau akhirkan, atau mengakhirkan sesuatu yang Engkau hendak percepat.”
Doa ini, direkomendasikan Rasulullah Muhammad SAW sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu Umar, Nabi bersabda;
“Tak ada hal yang menghalangi seseorang saat mengalami kesusahan dalam urusan kehidupan (ekonomi) untuk berdoa saat hendak keluar dari rumahnya; Bismillahi ala nafsi wa mali wa dini. Allahumma Raddhini bi qada’ika, wa barik li fi ma quddira li hatta la uhibba ta’jila ma akhkharta wa la ta’khira ma ‘ajjalta.” (HR. Ibnu Sunni).