Ikhbar.com: Siswa SD di Nigeria, Fawas Adeosun mengaku sering dikeluarkan dari kelas dan terpaksa pulang ke rumah dengan melewati panasnya jalan berpasir di Lagos. Ia menceritakan, mau tak mau harus menuruti hal itu lantaran sang ibu, Fatimah belum bisa melunasi kewajibannya untuk membayar biaya sekolah.
Namun, lantaran kesal dan ingin meringankan beban orang tuanya, kali ini Fawas memutuskan untuk keluar dari sekolah asal dan mencari lembaga pendidikan baru yang dianggap lebih murah.
Usai menemukan sekolah yang dituju, Fatimah dan Fawas lantas berjalan ke tempat baru itu dengan membawa sekarung sampah yang dipanggul di pundak mereka. Sampah tersebut lalu ditimbang oleh pihak sekolah dan mentransfer hasilnya ke rekening milik Fawas.
Kampus bernama My Dream Stead di lingkungan Ajegunle merupakan salah satu dari 40 sekolah berbiaya rendah di ibu kota komersial Nigeria. Mereka menerima limbah daur ulang untuk pembayaran biaya sekolah.
“Ketika mengetahui bahwa mereka bisa menerima pembayaran dengan plastik bekas, saya amat bergembira karena itu tentu akan membuat beban menjadi jauh lebih ringan,” kata Fatimah, dikutip dari Reuters, Jumat, 9 Juni 2023.
Baca: Jelajah Antariksa Jadi Mata Pelajaran SMA di Arab Saudi
Selama empat tahun terakhir, organisasi lingkungan lokal bernama African Cleanup Initiative telah mengumpulkan botol, kaleng, karton, dan wadah plastik yang diberikan ke sekolah oleh para orang tua dan menjualnya ke pendaur ulang. Hasil penjualan itu digunakan untuk membayar gaji guru, seragam anak, buku dan pulpen, dam biaya lainnya.
Pendiri African Cleanup Initiative Alexander Akhigbe menyatakan, skema tersebut bertujuan untuk mengurangi jumlah anak putus sekolah sekaligus volume sampah di jalanan Lagos. Biaya sekolah di My Dream Stead mencapai 130 dolar Amerika Serikat (AS) per tahun dan mampu berkembang menjadi dua blok untuk menampung sebanyak 120 murid.
“Ketika baru dibuka, yakni 2019, sekolah ini hanya diminati tujuh anak yang mendaftar,” katanya.