Ikhbar.com: Pesantren pertama Nahdlatul Ulama (NU) di Jepang diresmikan di Kota Koga, Prefektur Ibaraki, Jepang. Pondok ini dapat beroperasi, setelah proses renovasi lahan dan bangunan yang memakan waktu cukup panjang.
Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jepang, Achmad Gazali, menjelaskan bahwa pendirian pesantren bertujuan untuk memperluas nilai pendidikan dan dakwah Islam di Jepang, yang merupakan negara dengan jumlah minoritas Muslim.
Baca: Warga Jepang Berbondong-bondong Masuk Islam
Dalam sambutannya, Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang, Heri Akhmadi, menyampaikan bahwa pertumbuhan warga NU di Jepang diperkirakan akan terus meningkat.
“Pertumbuhan warga NU sekitar 120.000 di akhir Juni, pada akhir tahun ini diperkirakan akan mencapai 160.000-170.000,” ungkap pria yang juga menjabat sebagai Mustasyar PCINU Jepang itu, dikutip pada Sabtu, 4 Mei 2024.
Ia juga mengungkapkan bahwa istilah “pemagang” akan diganti dengan program “ikuseisuro (TG 0)” dengan syarat bahasa yang diturunkan menjadi N5.
Heri juga menyoroti pentingnya model pengembangan di daerah pedesaan, yang sesuai dengan kultur utama NU.
“Untuk mengembangkan basis NU dapat dimulai dari desa setempat. Contoh di Hokkaido, pada tahun 2020 warga kita sekitar 800-900 orang. Sekarang ini specified skilled worker-nya atau tokuteigino sudah mencapai 1400, begitu pula juga di Okinawa,” ungkap Heri.
Ia berharap bahwa peresmian pesantren ini dapat membangun komunitas dan gotong royong.
“kalau ada tempatnya (pesantren), orang pasti datang,” ucap dia.
Baca: Ulama Yordania Ini Sebut NU Organisasi Kemanusiaan Terbesar
Acara peresmian pesantren ini juga dirangkaikan dengan kegiatan pengkaderan oleh PCINU Jepang. Kegiatan tersebut dihadiri sejumlah Kiai dari Indonesia yang memberikan materi tentang Islam Ahlussunah Wal Jamaah Annahdliyah.
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Masyuri Malik, dalam sambutannya, menekankan pentingnya menjaga ajaran Islam, khususnya ajaran NU.
Kiai Masyuri menyampaikan, bahwa NU adalah bagian yang sangat penting dalam kehidupan umat Islam, dan menjadi harapan untuk bisa berkumpul dengan orang-orang sholih di akhirat kelak.
“NU itu tidak butuh kita, kita yang butuh NU, tentunya menjadi harapan kita semua nanti di akhirat kelak, kita bisa berkumpul dengan orang orang shalih, seperti Kiai Hasyim Asari, pendiri NU,” ujar Kiai Masyuri.