Ikhbar.com: Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama (Kemenag) menggandeng seratusan influencer untuk menjadi kader hisab rukyat nasional. Mereka ditugaskan untuk menjelaskan urgensi sidang isbat ke media sosial (medsos).
Kegiatan yang berlangsung di Horison Ultima Menteng Jakarta pada Jumat, 8 Maret 2024 itu bertajuk Catch the Moon Ramadan Kareem Edukasi, Simulasi, dan Visualisasi Hilal Awal Ramadan 1445 H.
Dirjen Bimas Islam Kemenag, Kamaruddin Amin menyebutkan bahwa di era kemajuan teknologi ini kontestasi di ruang publik akan didominasi oleh para generasi Z.
“Saudara-saudara ini, adik-adik sekalian adalah para influencer atau para aktivis media sosial. Kalian lah yang akan memenangkan kontestasi itu. Jadi, saya kira kegiatan ini akan sangat produktif, karena kita akan mencoba mengambil porsi dalam kontestasi di dunia maya,” ujar Kamaruddin dikutip dari laman Kemenag pada Ahad, 10 Maret 2024.
Kegiatan tersebut sengaja digelar untuk memperkenalkan Hisab Rukyat ke publik. Menurutnya, metode penentuan awal Ramadan itu merupakan kebutuhan umat Islam seluruh dunia.
“Tetapi saya kira saat ini belum banyak orang yang mengetahuinya,” kata dia.
Baca: Daftar 134 Titik Pantau Hilal Awal Ramadan 1445 H Kemenag
Sementara itu, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais Binsyar) Ditjen Bimas Islam Kemenag, Adib, mengatakan, kaderisasi Hisab Rukyat tersebut dikemas dalam berbagai kegiatan, termasuk melibatkan milenial dan influencer dari seluruh Indonesia.
Adib menjelaskan, dalam acara tersebut terdapat 3.500 pendaftar. Para influencer yang datang langsung juga akan mengikuti workshop bersama Tim Kehumasan Ditjen Bimas Islam.
“Ada juga yang hadir melalui Zoom sebanyak 734 peserta. Selain itu, juga ada yang mengikuti melalui live streaming. Jadi, peserta keseluruhannya sekitar 3.500 orang,” ungkap Adib.
Ia berharap, melalui kegiatan tersebut dapat menghasilkan dua hal. Pertama, pemahaman di kalangan milenial dan umat Islam tentang bagaimana mekanisme Sidang Isbat penentuan awal bulan Kamariyah, terutama Ramadan, Syawal, dan Zulhijah. Dengan adanya pemahaman ini, maka terjadi saling pengertian terkait dengan persoalan Hisab Rukyat.
Meskipun bukan pemahaman yang mendalam, kata dia, setidaknya kalangan milenial mengetahui bahwa dalam Islam ada satu mekanisme dalam penentuan waktu-waktu ibadah, yang kemudian penentuan itu dilakukan menggunakan Hisab maupun Rukyat.
“Dengan pengetahuan itu, diharapkan kita akan memiliki semangat untuk terus menyiarkan Islam di masyarakat,” paparnya.
Kedua, lanjut dia, tujuan kegiatan tersebut adalah untuk membangun pemahaman bersama tentang pentingnya memberi layanan kepada masyarakat terkait waktu salat, puasa, lebaran, dan ibadah lainnya yang membutuhkan ilmu Astronomi Islam.