Ikhbar.com: Pemerintah Indonesia memutuskan untuk kembali mengaktifkan aplikasi PeduliLindungi guna mencegah penyebaran virus cacar monyet (Mpox).
Informasi tersebut disampaikan Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin usai menghadiri rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta pada Selasa, 27 Agustus 2024.
Ia mengatakan, keputusan tersebut telah disetujui Presiden Jokowi dan akan diberlakukan dalam waktu dekat ini.
“Bapak Presiden tadi sudah memutuskan, kita akan aktifkan lagi Electronic Surveillance Card. Dulu dikenal sebagai PeduliLindungi,” ujar Budi dikutip dari Antara pada Selasa, 27 Agustus 2024.
Baca: 88 Kasus Cacar Monyet Serang Indonesia
Budi menjelaskan, strategi tersebut dilakukan tak lain untuk mengontrol penyebaran varian baru virus cacar monyet berupa 1B. Virus tersebut dinilai lebih mematikan dari varian sebelumnya bernama 2B.
“Strain 1B ini fatalitasnya lebih tinggi daripada yang sebelumnya, yang ada di Indonesia, di Asia itu umumnya 2B. Jadi rupanya kekhawatirannya lebih, karena adanya varian baru yang fatalitasnya mendekati 10 persen dibandingkan dengan varian lama yang 0,1 persen,” katanya.
Ia menjelaskan, metode Electronic Surveillance Card sama halnya seperti Aplikasi PeduliLindungi yang sebelumnya diterapkan sepanjang periode pandemi Covid-19.
“Cara kerjanya mirip dengan PeduliLindungi. Jadi setiap orang yang datang dari luar negeri, akan memindai kode batang atau QR code, yang merekam riwayat perjalanan, dengan notifikasi warna kuning, hijau, dan merah,” jelas dia.
Jika pada aplikasi tersebut menunjukkan warna hijau, jelas dia, berarti yang bersangkutan terbebas dari virus cacar monyet.
“Tetapi jika menunjukkan warna kuning atau merah, maka akan kami lihat suhunya, kalau ternyata memang tinggi dan ada ruam-ruam nanti diambil PCR,” katanya.
Budi mengeklaim pihaknya telah menyiapkan dua unit mesin PCR. Alat tersebut bisa mendeteksi virus cacar monyet dalam waktu 30-40 menit.
“Masing-masing alat tersebut disimpan di Jakarta, Cengkareng, dan Bali. Lokasi ini dipilih karena akan ada acara Asia-Afrika Leaders Meeting di Indonesia. Jadi, kalau ada yang kami identifikasi pernah datang di Afrika, suhunya tinggi langsung diambil, langsung dalam waktu singkat bisa lihat apakah dia positif atau tidak,” katanya.
Jika positif, jelas Budi, maka mereka akan dibawa ke fasilitas isolasi yang tersedia di rumah sakit.
“Karena obat-obatan kita sudah siapkan antivirusnya, sudah dikirim ke Bali, juga sebagian ada di Jakarta dan semua reagen-reagen buat PCR, reagen-reagen buat Whole Genome Sequencing-nya sudah kita persiapkan dan lengkap,” tandasnya.