Ikhbar.com: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan cuaca ekstrem setidaknya melanda enam provinsi pada awal tahun 2023. Prakirawan Cuaca BMKG, Agita Vivi mengatakan kondisi cuaca berupa hujan sedang hingga sangat lebat itu mendominasi wilayah Jawa.
“Selain wilayah Jawa Tengah, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan Jawa Timur, bahkan Nusa Tenggara juga terpantau mengalami kondisi tersebut,” ujarnya, Ahad, 2 Januari 2023.
Namun, dampak banjir cukup besar hanya terjadi di Semarang. Vivi mengungkapkan hal itu lebih terkait dengan masalah lingkungan lokal.
“Perbedaan dampak yang terjadi dari hujan lebat pada lokasi yang berbeda sangat dipengaruhi oleh kerentanan dan keterpaparan terhadap bencana hidrometeorologis, sehingga kondisi topografi, tata guna lahan, dan faktor lingkungan juga perlu diperhatikan,” tuturnya.
Dia mengungkapkan beberapa kondisi atmosfer yang berpengaruh signifikan terhadap cuaca di wilayah-wilayah itu.
Pertama, Monsun Asia, yang menunjukkan aktifitas cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir. Kondisi ini berpotensi meningkatkan pertumbuhan awan hujan secara signifikan di wilayah Indonesia bagian barat, tengah, dan selatan.
Kedua, eks siklon tropis Ellie di wilayah Australia bagian utara yang terpantau menguat dan membentuk belokan angin serta daerah pertemuan angin atau konvergensi di wilayah Jawa Tengah terutama pada bagian utara.
“Hal ini dapat memicu terjadinya pertumbuhan awan konvektif di sebagian besar wilayah Jawa Tengah terutama bagian utara yang mengakibatkan terjadinya hujan dengan intensitas sedang – lebat dapat disertai petir dan angin kencang dengan durasi yang cukup lama,” urai dia.
Ketiga, aktivitas gelombang Rossby Equatorial dan Madden Julian Oscillation (MJO) yang terpantau signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan awan hujan dan potensi cuaca ekstrem pada akhir tahun 2022 sebelumnya
Keempat, kelembapan udara yang cukup tinggi dan labilitas udara yang cukup labil mendukung pertumbuhan awan awan konvektif (cumulonimbus penghasil hujan) di wilayah Jawa Tengah.
Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, kejadian bencana di Indonesia didominasi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, cuaca ekstrem, serta longsor. Berdasarkan akumulasi, banjir merupakan bencana yang paling sering terjadi dengan total rumah terendam mencapai 981.755 bangunan selama 2022.
Lebih lanjut, BNPB menyebutkan bahwa total kejadian bencana di Indonesia sebanyak 3.507 kali dari awal 2022 hingga 28 Desember. Rinciannya ialah, gempa bumi sebanyak 28 kali, erupsi gunung api sebanyak 1 kali, karhutla 251 kali, kekeringan 4 kali, banjir 1.504 kali, tanah longsor 633, cuaca ekstrem 1.402 kali, serta gelombang pasang dan abrasi berjumlah 26 kali.
Total korban bencana mencapai lebih dari lima juta jiwa, dengan rincian jumlah korban tewas sebanyak 1.043 jiwa, korban luka-luka mencapai 9.036 orang, korban hilang berjumlah 64 orang, dan korban yang mengungsi/menderita sebanyak 5,37 juta jiwa.
Secara demografis, Provinsi Jawa Barat menjadi wilayah yang paling sering terkena bencana dengan jumlah 819 kali. Disusul Jawa Tengah sebanyak 478 kali, Jawa Timur 401 kali, dan Aceh 221 kali terjadi bencana sepanjang 2022.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, Jawa Barat selalu menempati urutan terbanyak yang mengalami bencana sejak tahun-tahun sebelumnya. Ia pun menegaskan bahwa hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah setempat.
“Dan ini tidak hanya tahun ini dari tahun-tahun sebelumnya juga Jawa Barat selalu rekor. Ini menjadi perhatian harusnya bagi pemerintah daerah,” kata Muhari.
BNPB juga mengaku tengah mengantisipasi adanya bencana cuaca ekstrem di Provinsi Jawa Barat, khususnya di sekitar aliran Sungai Sukanegara. BNPB bersama dengan BMKG, Kementerian Perhubungan, dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus memantau kondisi cuaca untuk menghadapi kemungkinan banjir dan longsor menjelang akhir tahun.
Diperkirakan bahwa cuaca ekstrem, seperti angin kencang disertai petir, hujan lebat, hingga gelombang tinggi kemungkinan akan terjadi di beberapa wilayah selama akhir tahun 2022 hingga awal 2023. Cuaca ekstrem ini diproyeksikan bisa terjadi di Pulau Jawa, Bali, Lombok, Nusa Tenggara, Sulawesi, Papua, dan sebagian Pulau Sumatera.