Ikhbar.com: Pengasuh Pondok Pesantren Annashuhiyah Cirebon, KH Muhammad Kholilurrahman menyebut bahwa bulan Ramadan membawa atmosfer berbeda dalam interaksi umat Islam dengan Al-Qur’an.
Hal itu disampaikan sosok yang akrab disapa Kiai Kholil itu dalam tayangan Sinikhbar | Siniar Ikhbar bertajuk “Tadarus Ramadan ala Penghafal Al-Qur’an” di Ikhbar TV.
“Biasanya kita ngaji sendiri, tapi ketika Ramadan, suasana berubah. Orang-orang lebih bersemangat membaca Al-Qur’an, baik di masjid maupun di rumah,” ujar Kiai Kholil.
Menurutnya, Ramadan seolah menjadikan umat Islam sebagai keluarga besar yang memiliki semangat kolektif dalam tadarus. Tidak hanya para santri atau penghafal Al-Qur’an, masyarakat umum pun lebih terdorong untuk memperbanyak bacaan mereka.

Lebih lanjut, Kiai Kholil menyoroti bahwa momentum ini seharusnya tidak hanya berlangsung selama Ramadan, tetapi juga bisa menjadi kebiasaan yang terus dipertahankan sepanjang tahun.
“Kalau bisa tadarus satu bulan penuh, kenapa tidak diteruskan setelah Ramadan?” katanya.
Ia berharap, semangat membaca dan menghafal Al-Qur’an yang meningkat di bulan Ramadan dapat menjadi titik awal bagi masyarakat untuk lebih dekat dengan kitab suci dalam kehidupan sehari-hari.
Pentingnya komunitas
Dalam kesempatan itu, Kiai Kholil menekankan pentingnya komunitas dalam menjaga semangat tadarus, terutama bagi mereka yang ingin lebih dekat dengan Al-Qur’an.
“Seorang penghafal Al-Qur’an butuh komunitas. Kalau tidak, pasti terasa berat. Itulah kenapa pesantren menjadi tempat yang baik, karena ada lingkungan yang selalu mendorong untuk murajaah,” ungkapnya.
Ia juga menjelaskan bahwa di luar pesantren, masyarakat umum cenderung memiliki keterbatasan waktu dan kurangnya lingkungan yang mendukung untuk terus mengaji. Namun, momentum Ramadan bisa menjadi kesempatan untuk mengubah kebiasaan tersebut.
“Saat Ramadan, nyaris semua orang melakukan tadarus Al-Qur’an. Ini bisa dimanfaatkan untuk membentuk kebiasaan baru. Kalau ingin konsisten, carilah komunitas. Sekarang banyak program seperti One Day One Juz atau One Day One Page yang bisa membantu,” ujarnya.
Menurutnya, dengan adanya kelompok-kelompok tadarus, baik di masjid, kampus, atau bahkan melalui platform digital, umat Islam bisa lebih mudah mempertahankan kebiasaan membaca Al-Qur’an setelah Ramadan berakhir.
Metode dan bertahap
Menghafal Al-Qur’an bukanlah tugas yang mudah, tetapi Kiai Kholil menegaskan bahwa konsistensi dan lingkungan yang mendukung dapat membantu seseorang dalam menjaga hafalan mereka.
“Sebenarnya tidak ada trik khusus. Yang penting mulai saja, walaupun satu atau dua ayat sehari. Jangan berpikir harus langsung banyak,” kata Kiai Kholil.
Menurutnya, banyak orang ingin mulai menghafal atau membaca Al-Qur’an secara rutin, tetapi merasa terbebani karena melihatnya sebagai tugas berat. Oleh karena itu, metode bertahap seperti membaca satu halaman sehari bisa menjadi solusi bagi pemula.
Selain itu, ia juga menekankan bahwa komunitas memiliki peran besar dalam menjaga motivasi. “Kalau sendirian, pasti berat. Tapi kalau ada teman, ada grup, itu lebih mudah. Bahkan sekarang banyak komunitas online yang mendukung hafalan Al-Qur’an,” tambahnya.
Di sisi lain, dengan kemajuan teknologi yang ada, seseorang bisa mengikuti program hafalan dan mendapatkan bimbingan dari penghafal Al-Qur’an melalui berbagai platform digital.
“Dengan pendekatan yang tepat dan komunitas yang mendukung, menghafal Al-Qur’an bisa menjadi perjalanan yang lebih ringan dan menyenangkan,” tandasnya.
Tonton obrolan selengkapnya di sini: