Thailand Serius Garap Pariwisata Halal, Hotel Wajib Sertifikasi

Salah satu destinasi wisata di Thailand bernama Doi Inthanon National Park. Foto: Freepik.com/tawatchai07

Ikhbar.com: Pemerintah Thailand mulai mengambil langkah konkret untuk memperkuat posisi sebagai destinasi ramah Muslim dengan mewajibkan industri hotel mengadopsi Muslim-friendly alias sertifikasi halal.

Langkah ini merupakan bagian dari strategi besar Thailand untuk menjaring lebih banyak wisatawan Muslim global yang terus mengalami peningkatan signifikan.

Dorongan terhadap hotel agar memiliki sertifikasi layanan halal menjadi respons atas berbagai keluhan wisatawan Muslim selama berkunjung ke kota-kota utama seperti Bangkok, Phuket, dan Chiang Mai. Minimnya ketersediaan makanan halal dan fasilitas ibadah menjadi hambatan nyata dalam pengembangan wisata halal di negara mayoritas non-Muslim tersebut.

“Ada kenalan yang harus meminta bantuan staf Muslim bandara hanya untuk menemukan makanan halal, dan akhirnya dibawa ke kantin karyawan. Ini mencoreng citra pariwisata Thailand di mata wisatawan Muslim,” ujar dokter hewan sekaligus pengurus Thai Muslim Trade Association (TMTA), Ninareeman Binnima dikutip dari Bangkok Post pada Rabu, 15 Juli 2025.

Menanggapi tantangan itu, TMTA meluncurkan skema Muslim-friendly hotel certification, yakni sistem sertifikasi yang dinilai lebih fleksibel dibanding standar hotel halal konvensional. Dalam skema ini, hotel tetap dapat menyajikan alkohol dan daging babi, asalkan area penyajiannya terpisah dari layanan halal.

Pendekatan ini dianggap realistis karena mayoritas hotel di Thailand masih dikelola pelaku usaha non-Muslim. Dengan sertifikasi bertahap, hotel bisa menyesuaikan diri tanpa kehilangan pasar umum sekaligus membidik wisatawan Muslim.

Salah satu hotel yang telah menerapkan sistem ini adalah Rembrandt Hotel di Bangkok. Hotel ini menjadi properti pertama yang meraih sertifikasi Muslim-friendly level dua dari TMTA pada Juni 2025.

“Kami sudah memiliki dapur halal terpisah dan staf yang bisa berbahasa Arab,” kata CEO Rembrandt Hotels Zaki Baz.

Baca: Sektor Pariwisata Israel Ketar-ketir, nyaris Setahun tidak Laku

Ia juga mengungkapkan rencana pihaknya untuk menyiapkan dapur halal penuh guna mengejar sertifikasi level tiga yang mengharuskan kepatuhan penuh terhadap standar halal.

Bersaing di level global

Wakil Presiden TMTA, Fuad Gunsun menyatakan bahwa keberadaan sertifikasi ini merupakan langkah penting agar Thailand bisa bersaing dengan negara-negara non-OKI lain seperti Taiwan dan Hongkong, yang sudah lebih dulu unggul dalam pelayanan wisata halal.

“Thailand masih tertinggal karena banyak hotel belum menyediakan sarapan halal. Padahal, negara-negara pesaing sudah menyediakan fasilitas ibadah dan kuliner bersertifikat halal di lokasi strategis,” katanya.

Laporan CrescentRating 2025 menunjukkan bahwa Thailand mulai masuk daftar destinasi Muslim-friendly terbaik di antara negara-negara non-OKI, bersaing dengan Singapura, Inggris, Taiwan, dan Hongkong.

Meski begitu, Thailand masih berada di bawah Taiwan, yang telah menyediakan ruang salat di stasiun dan pusat wisata utama, serta Hongkong yang kini memiliki lebih dari 180 restoran bersertifikat halal.

Menanggapi tren tersebut, Tourism Authority of Thailand (TAT) turut mendukung dengan menerbitkan panduan wisata Muslim di sejumlah kota besar. Beberapa hotel bahkan mulai menawarkan layanan personalisasi, seperti rekomendasi tempat makan halal, pusat perbelanjaan ramah Muslim, hingga destinasi wisata keluarga.

Inisiatif ini ditujukan untuk menjaring wisatawan dari kawasan Timur Tengah, Asia Tenggara, dan negara-negara mayoritas Muslim lainnya.

Potensi

Pasar wisata Muslim kini menjadi salah satu segmen yang tumbuh paling pesat secara global. Menurut CrescentRating, jumlah wisatawan Muslim internasional mencapai 176 juta orang pada 2024, meningkat 10% dari era sebelum pandemi. Angka ini diprediksi melonjak hingga 245 juta orang pada 2030, dengan total belanja wisata mencapai 235 triliun dolar AS.

Sementara Malaysia dan Indonesia masih memimpin sebagai destinasi utama wisata halal dunia, negara-negara non-OKI seperti Thailand, Taiwan, dan Hongkong mulai menunjukkan kemajuan signifikan dalam menyediakan layanan yang ramah Muslim, sekaligus memperkuat daya saingnya di panggung pariwisata global.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.