Ikhbar.com: Perkembangan pesat teknologi kecerdasan buatan (AI) telah memicu sebuah revolusi di industri perfilman.
Para sutradara kini dapat memproduksi karya berkualitas tinggi yang terinspirasi dari berita terkini hanya dalam hitungan pekan, sebuah proses yang sebelumnya memakan waktu bertahun-tahun dan biaya miliaran rupiah.
Contoh nyata adalah film pendek Midnight Drop karya sutradara Samir Mallal dan Bouha Kazmi.
Film yang menggambarkan serangan Amerika Serikat (AS) ke situs nuklir Iran ini, lengkap dengan adegan dramatis seorang wanita yang memberi makan kucing di tengah reruntuhan Teheran, dibuat seluruhnya menggunakan AI.
Visualnya yang sangat meyakinkan menutupi fakta bahwa tidak ada aktor, lokasi syuting, maupun kamera yang terlibat.
Kecepatan produksi ini mengguncang para pakar industri. Produser TV dan penulis terlaris, Richard Osman, menanggapi perilisan perangkat AI terbaru dari Google dengan komentar tajam.
Baca: Jutaan Pendengar Kecele! Band Viral di Spotify Ternyata Hasil AI
“Jadi saya melihat hal ini dan berpikir, ‘baiklah, oke, ini adalah akhir dari satu bagian sejarah hiburan dan awal dari yang lain,” katanya, dikutip dari The Guardian, pada Senin, 21 Juli 2025.
Osman bahkan memprediksi, TikTok, iklan, trailer, dan hal-hal semacam itu mayoritas akan dibantu AI pada 2027.
Bagi Mallal, seorang sineas dokumenter pemenang penghargaan, AI membuka format baru yang ia sebut “berita sinematik.” Sebelum Midnight Drop, ia sendirian membuat Spiders in the Sky, sebuah reka ulang serangan drone Ukraina ke pangkalan Rusia, hanya dalam dua pekan.
Film-film ini mengandalkan kombinasi berbagai model AI seperti Veo3 dari Google, Sora dari OpenAI, dan Midjourney.
Prompt crafting (keahlian memberikan arahan kepada AI) menjadi modal utama dalam proses ini. Walaupun skrip dan narasi masih dibuat manusia, proses kreatif dipercepat secara dramatis.
Mallal menegaskan bahwa tujuannya adalah membuktikan kemampuan AI untuk menghasilkan karya berkualitas dengan cepat.
Baca: Bak Fiksi Ilmiah, Pria Ini Jatuh Cinta dan Menikahi AI
Namun, di balik kemajuan ini, isu hak cipta menjadi sorotan utama. Kalangan industri kreatif di Inggris mengecam usulan pemerintah yang mengizinkan perusahaan AI melatih model mereka menggunakan karya berhak cipta tanpa izin eksplisit.
Seorang anggota parlemen dan juru kampanye, Beeban Kidron, menyebut perangkat AI ini “fantastis“, tetapi ia mempertanyakan kompensasi bagi para kreator.
Sementara itu, YouTube menyatakan bahwa ketentuan layanannya mengizinkan Google untuk menggunakan karya para kreator untuk melatih model AI.