Prof. Rokhmin: Mangrove Karunia Allah Penjaga Kehidupan

Prof. Rokhmin Dahuri (batik merah) dalam kegiatan penanaman mangrove. Dok IST

Ikhbar.com: Ekosistem mangrove bukan sekadar hamparan pohon di pesisir, melainkan benteng alami yang dikaruniakan Tuhan untuk menjaga kehidupan.

Itulah pesan utama yang disampaikan pakar kelautan, Prof. Rokhmin Dahuri saat memimpin penanaman 1.000 bibit mangrove di Desa Waruduwur, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Sabtu, 20 Juli 2025, dalam rangka memperingati Hari Mangrove Sedunia.

“Mangrove adalah ekosistem alami yang dikaruniakan Allah. Sangat penting, bukan hanya untuk ekologi dan ekonomi, tapi juga untuk keberlanjutan hidup manusia,” tegas anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PDI Perjuangan itu dalam sambutannya di tengah warga pesisir.

Baca: Kemenag Minta Tafsir Al-Qur’an Lebih ‘Hijau’, Apa Itu?

Aksi tanam mangrove ini menjadi bagian dari program reboisasi nasional seluas 600.000 hektar yang ditargetkan pemerintah hingga tahun 2026.

Prof. Rokhmin, yang juga menjabat sebagai Rektor Universitas UMMI Bogor, Jawa Barat menekankan bahwa rehabilitasi mangrove adalah langkah strategis untuk menyelamatkan lingkungan pesisir dari ancaman abrasi, sekaligus memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat yang hidup di sekitarnya.

“Tanpa mangrove, garis pantai akan terus tergerus dan ekosistem laut akan rusak,” katanya.

Ia menjelaskan bahwa mangrove mampu menyerap limbah organik, menjaga kualitas air, hingga menyimpan karbon empat kali lebih banyak dibandingkan hutan darat. Selain fungsi ekologis, mangrove juga bernilai ekonomis tinggi.

“Manfaatnya luar biasa: dari kayu, bahan pewarna alami, hingga ratusan produk turunannya,” ujarnya.

Indonesia saat ini memiliki hutan mangrove terluas di dunia, mencapai 3,7 juta hektar atau sekitar 27 persen dari total ekosistem mangrove global. Namun, banyak kawasan yang mengalami kerusakan akibat alih fungsi lahan dan eksploitasi berlebih.

Karena itu, Prof. Rokhmin mendorong pemerintah daerah, khususnya Kabupaten Cirebon, untuk menjadikan program penanaman dan perlindungan mangrove sebagai agenda prioritas. Menurutnya, kawasan pesisir utara Cirebon kini menghadapi tekanan serius dan membutuhkan upaya nyata, bukan sekadar retorika.

“Ini bukan lagi soal perayaan seremonial, tapi soal masa depan. Reboisasi harus jadi gerakan kolektif yang berkelanjutan,” tandasnya.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.