Ikhbar.com: Puluhan robot humanoid (berbentuk mirip manusia) dilatih di sebuah gudang di pinggiran Shanghai. Robot-robot milik AgiBot ini dilatih 17 jam per hari untuk melakukan tugas sederhana, seperti melipat baju hingga membuat sandwich.
Tujuannya ialah mengumpulkan data sebanyak mungkin demi melatih kecerdasan buatan (AI), agar kelak robot-robot ini bisa bekerja secara mandiri di industri.
Mengutip dari Reuters, pada Selasa, 13 Mei 2025, AgiBot bukan satu-satunya perusahaan robotik yang melatih robotnya. Unitree dan MagicLab juga tengah bersaing dalam pengembangan robot humanoid, yang kini jadi fokus penting pemerintah Tiongkok.
Baca: Robot Cina ‘Mengamuk’ di Pabrik, Nyaris Celakai Karyawan
Presiden Xi Jinping bahkan sempat mengunjungi AgiBot, dan berseloroh bahwa robot-robot itu kelak bisa bermain sepak bola.
Di tengah tekanan ekonomi akibat penurunan populasi dan friksi dagang dengan Amerika Serikat (AS), Beijing melihat robot sebagai jalan keluar.
Pemerintah menggelontorkan subsidi besar, termasuk dana khusus senilai Rp2.200 triliun untuk mendukung startup di sektor AI dan robotika.
Kota Wuhan, Shenzhen, dan Beijing juga memberikan insentif berupa subsidi hingga sekitar Rp66 miliar, dan fasilitas kantor gratis.
Harga robot humanoid diperkirakan turun drastis seperti mobil listrik. Jika kini biaya komponen per unit sekitar Rp560 juta, diprediksi bisa turun menjadi Rp272 juta pada 2030 jika produksi lokal mendominasi.
Sebagai perbandingan, komponen robot humanoid Tesla diperkirakan masih mencapai Rp800–960 juta.
Kunci keberhasilan Cina bukan hanya pada hardware yang 90% bisa diproduksi lokal, tapi juga pada penguasaan data dan AI. Pemerintah mendirikan pusat pelatihan data fisik, seperti yang dimiliki AgiBot di Shanghai.
Baca: Cina Dilanda Demam Kloning Kucing, Percaya Piaraannya Bisa Hidup Abadi
Berbeda dengan AI generatif, Robot humanoid membutuhkan data dari interaksi nyata untuk menguasai tugas-tugas, seperti menuang air atau memindahkan barang.
CEO MagicLab, Wu Changzheng, menyebutkan robot-robotnya kini sudah diuji coba di lini produksi untuk inspeksi kualitas dan perakitan, berkat integrasi dengan model AI seperti DeepSeek, Qwen dari Alibaba, dan Doubao dari ByteDance.
Meski masa depan terlihat menjanjikan, muncul kekhawatiran soal pengangguran. Media pemerintah meyakinkan bahwa, sebagaimana revolusi industri sebelumnya, dampak jangka pendek akan teratasi dengan penciptaan lapangan kerja baru di masa depan.